Kalimat tanpa spasi. Aku hanya ingin menulis dan terus menulis, tentang kucingku, cerita hidupku dan semuanya.
Monday, March 7, 2022
Delila Des, Kucing Mungil dalam Kenangan
Sunday, January 30, 2022
Senyum Terindah dari Mama
Sunday, December 12, 2021
Motor Tuaku, Apa Maksudmu Mogok di Tengah Hujan
Saturday, October 31, 2020
Janganlah Pergi
Saturday, October 10, 2020
Kenapa harus dibuang, bayi kucing itu.
Friday, October 2, 2020
Hari Batik Nasional
Cape hati, baru berteman, ujungnya pinjam uang
Wednesday, September 30, 2020
Zum Zum...Zumba
Sunday, January 5, 2020
Pamitan terakhir
Sejak Bapak terkena stroke tahun 2013. Waktuku lebih banyak tinggal di Cikalahang untuk membantu Mama merawat bapak.
Apalagi Mama juga tidak begitu sehat, kedua orang tua penyandang diabetes, jadi perlu banyak perhatian.
Setiap mau pulang ke Bogor, aku berpamitan dengan bapak, selalu saja diiringi tangis cekukan (bapak berubah seperti anak kecil sejak sakit)
"Jangan lama-lama."
Itu pesannya, supaya aku cepat kembali ke Cikalahang. Kalau lama sedikit, sudahlah, bapak selalu telepon dan bertanya: kapan ke kampung?
Bulan Agustus 2014.
"Pak, Een pulang dulu, ya."
Bapak mengangguk, tak menangis seperti biasa.
Aku mencium pipinya, sambil meminta maaf. Bapak mengangguk-angguk di tempat tidur khusus di ruang tengah.
Tak ada tangis atau pesan cepat pulang, Een.
.
Empat hari kemudian, kabar dari kampung, jam 10 Bapak sudah berpulang ke Rahmatullah. Pergi untuk selamanya.
Tiba-tiba dunia berputar, aku lemas sekali.
Kalau aku tau tiba saatnya, tak akan aku pulang ke Bogor. Takdir berbicara lain.
Ternyata, empat hari yang lalu, adalah pamitanku yang terakhir kepada bapak. Pantas tak ada isak tamgis bapak seperti biasa, karena yang menangis keras saat ini adalah aku.
"Bapak sudah pulang..."
.
.
Tiga tahun kemudian
Monday, December 23, 2019
Kasih Sayang Ibu
Seorang ibu akan berusaha agar anaknya hidup.
Namun kadang, seorang anak akan berharap segera ibunya mati.
Seorang ibu bisa menghidupi banyak anak. Tapi anak tak sanggup memghidupi seorang ibu
.
Jaman sekarang. Itulah yang terjadi, apalagi kalo ibu mulai tua dan pikun. Sudahlah menunggu-nunggu kapan matinya. Apalagi kalau warisannya banyak.
Apa itu hanya pemikiranku.
Itu realita.
.
Anak, anugrah terbesar dari Allah. Anak menjadi kekuatan untuk tetap hidup
bertahan demi Anak.
Pontang pantibg mendidik. Tak adqpun, di ada-adakan. Demi anak mencapai cita-cita agar mereka bisa mandiri.
itulah orangtua, apalagi ibu, apapun bisa diperankan asal anaknya bisa menkadi baik kehidupan.
Dari tarikan nafas. air susu yangbdiberikan tak akan bisa membalas lasih sayangnya.
Tak heran, surga itu di bawah telapak kaki ibu.
Doa ibu adalah pintu-pintu yang segera di ijabah Allah.
.
Sungguh, tega sekali jika anak menjadi kasar, durhaka pada Ibunya.
Merasa dirinya paling benar, paling segalanya. Padahal seujung kukupun tak artinya bagi seorang ibu.
.
Aku selalu berjanji pada diriku, akan tetap tinggal di rumahku, tidak akan menumpang di rumah anak.
Tak akan merepotkan, menjadi beban.
Dalam doaku, mudahkan aku, jika sakit tak usah berlama-lama.
Jadikan husnul khotimah, tanpa merepotkan orang banyak.
.
Hari ini aku bertamu pada seorang sepuh di perumahan.
"Saya tak akan merepotkan dan menjadi beban anak-anak"
Sungguh, aku akan mencontohnya, seperti juga alm. Mama, sampai akhir hayatnya tak pernah menjadi beban anak..Bahkan sebaliknya masih saja memberi pada anaknya. Maafkan Een belum bisa membahagiakan Mama
"Allah memberi rezeki lebih ke Mama.." jawaban Mama yang selalu diulang ulang.
Ya Allah, berilah tempat yang Mulya di sisiMu, untuk Mama dan Bapak
Aamiin.
Saturday, December 21, 2019
Apa yang Kamu harapkan dengan Anakmu?
Menjadi anak sholehah.
Berguna bagi agama, dirinya sendiri, orang lain, itulah harapan semua orangtua.
.
Semenjak kecil anakku sangat keras sebagai anak tunggal.
Tidak terlalu dimanja karena sejak kecil karakternya sangat mandiri.
.
Tugas pertama setelah melahirkan (36 jam) sebagai Mama, memberikan nama terbaik.
Mendidiknya dari SD sampai SMP di sekolah Islam Terpadu, semua ku lakukan agar akar agama Islamnya tertanam kuat. Diajarkan ilmu agama sedari dini agar menjadi dasarnya kelak.
Saat SMA sengaja di sekolahkan di sekolah Umum negeri. Kelak dia harus tau ada lingkungan dan agama yang berbeda.
Susah payah menabung untuk kuliah di sekolah dua bahasa, Inggris dan Indonesia.
Kemudian, kembali pada anak itu sendiri.
Bagaimana dia membentuk dirinya, aku hanya berdoa.
Sebelum menikah, ia anak yang baik, bahkan dewasa. Semenjak aku berpisah.
Kami menjalani hidup dengan bahagia, menunjukkan kita bisa melalui bersama.
Kenapa setelah menikah dia berbeda?
Tak seperti dulu yang kukenal.
Tahun ini aku lebaran haji sendiri. Aku tak.masak.opor ayam seperti lebaran tahun lalu. Aku menyibukkan diri,.ikut menjadi seksi konsumsi, m.makan setelah sholat Idul Adha. Rame.yang antri makan, kesedihanku mendadak sirna.
Sebenarnya alasan tak pulang Lebaran haji, tak bisa kuterima, hanya karena suaminya kerja ( tak libur), Logikanya, Bisa kan anakku bisa pulang duluam, nanti suaminya.menyusul
Berapa sih, jarak Jakarta-Bogor, dekattt. Sebuah alasan yang membuat hati ini sakit. Tapi aku berusaha berdamai.
Inilah saatnya aku tak berharap lagi.
Mungkin dia merasa sudah milik suaminya.
Bahkan sikap kerasnya semakin menjadi-jadi.
Sebagai Mama, wajarlah menasehatinya agar berubah.
Kalo pulang ke Bogor, jangan tidur saja. Belajar...coba cuci pakaian kalian(biasanya ya aku, pakaian kotor ditinggal di pojok kamar, masa begitu). Sapu lantai dan lain, jangan menunggu disuruh.
.
Sebagai penjual produk sendiri, aku berharap anak, mantu juga suami mau membantu menjualkan. Hanya lewat Instagram(online)
Lamaa ku tunggu, tak ada reaksi, aku tetap berjualan sendiri.
Dulu, kalo jualan orang lain, anakku giat promosi.
Dia lulusan jurusan periklanan. Tapi untuk menjual produk Mamanya sendiri...Nonsense.
.
Aku menasehatinya di ruang keluarga, ia diam saja di dalam kamarnya.
Aku kemudian sholat dan tertidur sebentar.
.
Sudah kuduga.
Dusun (tidak sopan dalam bahasa Sunda).
Pergi tak pamit pada Mamanya.
Seprei dibiarkan, pakaian kotor disembunyikan (seperti biasa)
Perih hati ini.
Dinasehati demi kebaikan, langsung minggat.
Kesedihanku, rasa sakit diperlakukan begini, sudah terlalu sering.
Jika aku tau, Nak...dulu selagi muda, aku akan berusaha melahirkan anak yang banyak, biar beragam polah tapi bahagia.
Ini cuman satu, tapi sering menyakitkan hati.
Sampai saat ini, bahkan aku lingkar tanggal di dinding atas sikapmu, aku berhenti berharap.
Tak akan lagi berharap.
Silahkan semau hati merasa sudah lebih dewasa dan pintar.
.
Tak lagi
Tak lagi, Nak
Berharap darimu.
Kucari bekal, pundi-pundi akhiratku, tanpa banyak berharap.
Di dunia saja, sering melupakan Ibumu.
Apalagi kelak aku mati.
Mungkin menangis dan ingat cuman tiga hari.
.
Bogor, sehari menjelang hari Ibu...
Monday, December 16, 2019
Antara Ikan Etem dan Petai Pereda Marah
.
Ini kan tangung bulan, dompet belanja sisa Rp 5.000,-
waduh, nggak ada apa-apa untuk di makan. Nasi sudah dimasak. Terpaksaaa...harus ke depan ambil uang di ATM Bakso Keraton. Sekalian beli soto Bogor aja deh.
.
Aku sudah siap berangkat, walau hujan belum selesai. terpaksa.
La laaaaa laaaa napa juga ini motor Honda, kemarin sudah diperbaiki mantu, ganti cakram dan kampas rem. Harusnya sudah greng dong ya.
Tapi ini, maju mundur nggak bisa, roda nggak muter sama sekali. Ampunnnn Gusti, aya aya wae.
.
Terduduklah aku di ayunan teras depan.
Ya Allah, ada apa lagi ini motor?
Langsung hilang moodku
Asa urang rek alungkeun yeuh.
Tiba-tiba hujan.
Bressss....deras lagi.
Tanda nggak boleh keluar rumah (walau ada mobil, males banget nyetir)
Ya sudahlah, besok saja urusannya.
Aku salin pakaian dengan daster, pergi ke dapur.
Buka lemari penyimpanan.
Alhamdulillah, ada 2 lonjor petai.
Petei jeung sambel, enakkkk pastinanya (langsung semangat)
Biar petai itu bau, tapi...kalo suka mau bilang apa. I love u full peteui. Sumpah!
Duh Gusti, aya si Etem.
.
Tau kan Etem?
Sunday, December 15, 2019
Bershadaqoh dengan Membeli Barang Dagangannya
Itulah pesan Mama sebelum pergi membeli kertas untuk Percetakan Nusantara milik kami di Palangka Raya.
.
Kejadian itu, waktu aku masih kecil. Mama selalu membeli dagangan tukang sayur. Bukan karena banyak uang, cuman: kasihan. Anggap saja shadaqoh.
Beberapa jam kemudian ibu sayur berpakaian kebaya singgah di rumah, sekedar istirahat minum.
Dan kami beli sedikit dagangannya.
Padahal semua orang tau, Mama usaha catering, sebelum subuh sudah belanja...tetap saja belanja di tukang sayur.
Begitu pula kalau ada Bi Pencok pasti mampir, kami serumah sorak sorak dibelikan pencok atau gado-gado ada cingurnya.
Bapak tak jauh beda sifatnya dengan Mama. Sama.
.
Saturday, December 14, 2019
Motor Honda 80-an
Tahun 1980-an, Bapak membeli motor bekas.
Kami di Palangka Raya menyebutnya Honda (apapun merek motornya) kami tetap setia menyebutnya dengan Honda.
Aku baru naik ke 5 SD di rumah kontrak Bukit Hindu, baru pindahan dari Kota Malang.
Kakakku malah nggak bisa sampai sekarang, karena waktu belajar ngegas motor, malah badannya terlempar ke parit kering, sejak itu dia trauma.
Cilakanya, sejak saat itu aku jadi tukang ojek, antar jemput si Kakak
.
Untuk membeli motor baru tak semudah seperti sekarang, cukup DP 2 jt bahkan 0 DP, cukup tambahan KTP, KK dan struk bayaran listrik sudah bisa cicil motor dari 12 bulan sampe 5 tahun, sudah dapat motor baru keluaran terbaru pula. Gampang banget, itulah motor di jalan seperti laron banyaknya.
Dulu, Bapak harus jual kalung emas Mama atau nabung, baru bisa beli motor baru (nggak jelas, apa yang dijual)
Motor merk Binter Kawasaki gigi 4. Biasanya motor dulu, cuman gigi 3, tapi Mama malah beli yang gigi 4 berwarna ungu tua (warnanya pun anti mainstream)
Di Palangka Raya cuman dua yang pake Binter (aku dan temenku Silvie Benung)
Dengan gigi 4, laju motor mulus sekali, jadilah si Een kurus kering hitam jeteng, jadi pengebut di jaman itu. Kalo sekarang, jangan tanya, jalan 20/km aja udah luar biasa. Pelannn boooo.
Bukan hal mudah si Binter sampe rumah kami, perlu waktu sehari semalam naik kapal air, dari Banjarmasin - Palangka Raya, transportasi darat belum ada. Jauhkan.
Saat itu aku bangga naik si Binter, walau ke sekolah tetep jalan kaki.
.
Pernah sekali pakai motor ke sekolah.
Pulang sekolah, asik aja jalan kaki, lupaaa kalo pagi bawa motor.
Sore hari, baru Mama nguaaaaamukk motornya hilang.
Motor ini cuman Mama yang pake buat bisnis catering dan percetakkannya. Nggak kepikiran dicuri orang (pencuri masih jarang). Baru aku ingat itu motor ke tinggalan di SMA 3 Palangka Raya. Langsung lari sekencengnya, Ya Allah, si motor tetep manis di tempat.
Sejak kejadian itu aku nggak pernah lagi bawa motor ke sekolah.
.
Pernah juga, aku disuruh ngelap si Binter, lalu aku lihat ada lubang di tutup bensin.Tanpa pikir panjang, aku selotif aja.
Besok harinya, Mama marah-marah, kenapa ini motor nggak bisa hidup. Tukang bengkel datang, nggak tau penyebabnya (bingungkan)
Yang bisa menghidupkan cuman Bapak....Dimana penyakitnya?
Aaah...itu lubang yang aku isolatif menyebabnya. Nggak tau kenapa bisa nggak hidup kalo di tutup?
untung Bapak pendiam, jarang marah, paling juga tau kelakuan siapa lagi kalo bukan aku.
.
Tahun 1989; Bapak belikan aku Honda - 80an warna Hitam, paling ngehit jenis ini(lupa namanya)
Motor yang paling setia menemaniku ke kampus.
Gara-gara punya motor, jarang-jarang cowo ngajak bonceng an ke motornya, karena aku punya motor sendiri.
Motor itu penting bagiku
(Aku ditinggal keluarga sendirian, karena semua pindah ke Jakarta)
Jarak rumah,, satu kampus ke kampus di Univ. Palangka Raya jauhh. Gempor betis (mana aku kan masih gadis), hingga motor Honda ini menyelamatkan ku dari kaki kesebelasan, sekalipun sekarang, nggak pake Honda, malah jadi kakiku kesebelasan plus rorombehan...nggak ada cantik-cantiknya.
.
Motor Honda itu terjual karena sakit parah, kalo di injek pedalnya, mesinnya meletup sampe businya meloncat (sangking seringnya dibubut)
Akhirnya beli vespa Exsel bekas yang tak kalah ngejengkelin, suka putus tali rem giginya, benar-benar dibuat mati gaya.
.
Terakhir, entah motor yang keberapa, gonta-ganti motor bekas melulu, beli cash, mau nyicil belum berani.
Barulah motor Honda Kharisma 125 CC ini dibeli nyicil lewat koperasi potong gaji (jadi nggak kerasa) sampai lunas. Makanya, sayangg mau dijual, jasanya banyak.
Biarlah tetap memakai motor tua. Nggak ada juga yang meghina.
Kalo ada yang menghina, eikeh swing.
Ape lo!
Senggol bacok..huhaaaahaaa
Friday, December 13, 2019
Mimpi Kematian
Malam tadi, malam jumat, tak pernah dalam hidupku bermimpi seperti ini.
Badanku terasa dingin dan melayang
"Sebentar," kataku.
Motor Tua
Motor sudan tua, jadi korban cakaran, kesihannn |
Awalnya mau pinjam sebentar untuk ke gunung. Lama-lama dipakai anaknya untuk sekolah.
Mau diambil nggak tega, karena usahanya lagi susah.
Kesempatan aku merebut dirimu, Tor.
Nasehat Bapakku
Saking sederhana, sering diperlakukan semena-mena oleh orang lain.
Bapak juga seorang pejabat saat menjadi PNS dan bergelar magister, beberapa kali pergi haji dan umroh (nggak suka holiday selain ke tanah suci).
Sepulang dari kebun, bapak mengajak membeli sepatu untuk ke kantor di kawasan Sukasari.
Pilah pilih, seorang SPG menawarkan sepatu yang termurah (habis bapak pake sendal jepit ada lumpurnya)
Bapak menarik nafas, sambil berkata: saya mau beli sepatu kulit terbaik untuk ke kantor.
Kalau itu, sekarung lebih saya bisa beli.
Setelah pensiun, bapak membangun bisnis kolam renang dan banyak lagi.
Tapi bapak tetap seperti dulu. Sederhana.
Bapak kaget, dulu waktu operasi pertama mata kanan, nggak bayar apa-apa waktu, kok sekarang bayar. Setelah dibuka berkas operasi pertama.
...Masya Allah, rupanya membram tipis itu, dibayar dokter matanya sebagai shadaqoh.
Masya Allah, mungkin dikira bapak miskin.
Kami terpana, lalu bapak menyuruh membayar harga yang berlaku.
Setelah selesai operasi, dokternya nggak mau dikasih uang. Akhirnya bapak menyuruh membeli sepasang kain sutra Mega Mendung yang terbaik untuk dokter mata itu
Padahal, sebenarnya dalam bergaya, bapak mengunakan kain sarung BHS yang mahal itu.
Katanya, menghadap Allah, berilah yang terbaik.
• Sederhana dalam hidup. e
Sederhanakan gaya hidup.
Biar dikatakan orang tak punya, asal tebal isi kantong untuk shadaqoh.
Jadi orang kaya itu susah, dikira punya uang terus, padahal ada kalamya tidak ada uang. Lebih baik hidup sederhana, ada dan tidak ada uang yang tetap biasa saja
.
5 tahun sudah sosok sederhana yang paling kusayang telah berpulang ke Rahmatullah.
Ya Allah, berilah tempat terindah di alam kuburnya. Aamin.
Thursday, December 12, 2019
Uang Pemutus Silaturahmi
Bagaimanapun ada cerita yang kita mikili di masa lampau.
.
Tak tau bagaimana keadaanya kini, bahagia atau tidak. Aku tak tau, karena niatnya menyambung kembali yang terputus.
Sunday, December 8, 2019
Hijrah
Agar eksotik ada yang berjemur di pantai.
Ada pula yang sebaliknya, selalu berpayung agar tetap tampak putih.
Semua tiada maksud untuk menjaga raga.
Jikaaaa...aku tak ada
sangat suka tidur di kamarku. Apalagi dinyalain AC, betaaah, hanya mau makan, pip dan pup, baru keluar kamar.
Suaranya lembut dan manja...
Selalu begitu.
Dialah...yang menemaniku, setiap saat.
Itu kata Wati, dia yang mengurus semua kucing kalo aku keluar kota.
Sedih mendengarnya.
Karena memang kamar utama itu aku kunci kalau tak di rumah. Lolita akan setia di depan pintu kamar.
Kalau aku pulang ke rumah setelah lama bepergian, kucing gemuk itu terlihat kurus, kempes.
Padahal makannya sama seperti biasa.
Dia kurus karena rindu dan kurang kasih sayang.
Semua kucing menjadi kurus, Lolita dan kawanan.
Biasanya sebelum sampai rumah, aku singgah ke pet shop, beli wet food buat mereka. Senang sekali saat mereka menanti aku pulang. Berkeliaran mengelilingi aku. Rinduuu.
Kenapa hari ini aku berpikir (aku sedang sakit, lemas dan sakit kepala tak jelas)
Jika kelak, tiba-tiba aku kembali ke Rahmatullah.
Semoga kucing-kucing ini ada yang merawatnya, ada sih Ica anakku, tapi sayangnya tak seperti aku.
Kucing ku sayang
Jika aku pergi.
Mari kita pergi bersama ya.