Friday, October 2, 2020

Hari Batik Nasional

Aih, selalu lupaaa, kalau setiap tanggal 2 Oktober, ditetapkan sebagai hari Batik Nasional, lupa lupa lupa, kalo nggak liat medsos, lupaaaa.
.
Wajarlah, Mama lupa, soalnya nggak ngantor, nggak ada surat edaran memakai batik hari ini, mama orang rumahan saja...hehehe.

Etapi....jangan remehkan para mamak-mamak ya.
Mereka bisa dikatakan pelopor pemakai setia baju batik, lihat aja, baju bercorak batik yang paling nyaman itu, Daster.
Daster sudah  bolong aja,masih enak dipakai, kainnya bertambah adem, apa karena batik ya.
Aku paling setia dengan merk daster batik Kencana Ungu, ini bukan endorse ya, ini jujur, bertahun aku setia dengan merk ini, daster batiknya memang  eunakkk tenan di badan.
.
Batik
.
Aku pikir, kepanjangan dari kumpulan titik-titik.

Cape hati, baru berteman, ujungnya pinjam uang

Berteman, apalagi baru kenal, teman-temannya suami, tentu senangkan.
Paling tidak ada teman untuk diajak ngobrol daripada kalo kumpul, nggak jadi 'nyamuk galau', mau mengigit takut digeplok, nggak mengigit dikira sombong.

Sekedar tau saja, aku berteman standarnya biasa (sedang-sedang saja): tak dekat tak pula jauh, intinya teman sebagai penyambung silaturahmi, tanpa niat yang lain.
Tak heran, suka aneh aja, teman suami, berteman dekatnya melebihi pasangan sendiri, sukaaa heran ran ran (geleng-geleng kepala).
Kalo nggak ketemu, seperti orang kegigit nyamuk, gatal, kalo nggak  digaruk, gelisah, di garuk, puas, harus ketemuan. Suka anehhh, sebegitu dekatnya?
.
Mungkin latar belakang yang beda dua orang yang berbeda.
Dulu aku sangat mandiri, tidak tergantung dengan orang, suka-suka...(nggak punya uang, mending makan sama garam, daripada berhutang). Kebetulan, teman-temanku juga jarang minta ini itu, apalagi berhutang

Beda dengan suamiku, teman adalah segalanya, mereka adalah teman seperjuangan, penyimpan rahasia terbesar. Makanya, kami, dua orang yang.suka beda aliran.
.
Sangking dekatnya, apa-apa lossss aja minta ke teman, beliin baju merk itu, kutang ukuran itu, bahkan bayarin listrik, juga minta, berhutangpun lupa bayar. Apa sangking dekatnya?

Mendadak segala kemudahan itu hilang. 
Lenyap, setelah tempat curhat, tempat berharap itu : berkeluarga. 
Wajarlah, kini ada skala perioritas, lebih mementingkan keluarga dibanding  orang lain.
Bukan pelit, tapi kebutuhan banyak. 
.
Kembali, ke masalah hutang.