Sunday, June 23, 2019

Jamilah: Adakah Cinta

Part 4
Empat tahun telah berlalu.
Waktu pula yang mengobati dan menyatukan serpihan hati yang retak.
Waktu pula yang membawa kehidupan Jamilah untuk bangkit dalam kemandirian.
Keterpurukkan perkawinan mengajarkan banyak hal untuk menata kehidupan kembali

Friday, June 21, 2019

Jamilah Kikuk

Part 3

Senin, kala udara panas membara, seperti degup cinta Jamilah waktu itu

Ini Senin dalam hidup Jamilah berbohong pada Emaknya.
Minta ijin pergi beberapa hari karena ada seminar di kota.
Ah, sungguh berdebar Senin ini.
.
Sebenarnya Jamilah terlalu cepat tiba dengan travel, iyalah... Jamilah takut terlambat menjemput di Bandara.
Lagi-lagi Jamilah memperbaiki dandannya, memantaskan diri untuk bertemu pertama kali.
Tiga jam bersabar, menatap layar informasi, kapan tibanya?
Ah...lagi-lagi gelisah.
.
Baju kaos biru bercelana  jeans, ini pakaian pas buat Jamilah, manis dan sederhana.
Lagi-lagi Jamilah tak yakin, apa lelaki ini serius?
Tak ada chatnya masuk.
.
Pesawat sudah tiba 15 menit, tak ada tanda.
Jamilah berdiri di pintu kedatangan.
Melonggok, disapunya seluruh pojok bandara.
Itu dia, di sisi kanan, sibuk chating.
Jamilah hanya menebak, meringsut mendekat.
"Kang," sapa Jamilah, senyum ragu dan kikuk melihat gestur yang dipanggilnya.
Biasa saja melihat Jamilah.
Tak ada senyuman bahkan pelukan persahabatan. Spontan, Jamilah kikuk.
Benar-benar kikuk.
.
Sebenarnya Jamilah ingin pulang, tapi Jamilah bersabar.
Mungkin, diapun sama kikuknya.
.
Empat hari berlalu.
Berkumpul dengan sahabat-sabahatnya. Dunia baru bagi Jamilah. Bagaikan manusia keluar dari goa, kikuk dan kampungan...dunia yang berbeda, bagai bumi dan langit.

Jamilah hanya menatap terdiam, saat berpisah.
Mengantarkannya di stasiun kereta api kota. Ia pun pergi tanpa menoleh ke belakang, melihat Jamilah, pergi begitu saja.
Jamilah yang menatap nanar bertanya-tanya...kok begitu?
Tak pula, ia melambai mesra pada Jamilah.
Itulah hal tersedih dalam hidup Jamilah.
Mungkin, aku hanya teman. Having fun...tak ada artinya, Jamilah menunduk pilu.

Jamilah tak tau apa yang terjadi selanjutnya...tak tau bagaimana.
.
Kasihannya diriku, Jamilah meratapi dirinya.
Lalu tertidur dalam sedih.
Jamilah tau, pasti ia sedang chating dengan sahabat dekatnya...bukan dengan Jamilah...dia dia dan dia.
Sedihnya hati Jamilah.
.
Itulah kejadian, Jamilah bertemu pertama kali.
Tak  banyak berharap, Jamilah menjalankan harinya bersama emak di kampung.
Jamilah hampir menghapus satu nama itu. Yang tak jelas niat.
Nyatanya, Allah menetapkan,.lelaki itu sebagai suami Jamilah.
Jodoh memang misteri.
.
Jodoh

Sunday, June 9, 2019

Jamilah, antara High Heels dan Rorombeheun

"Suka sekali aku dengan perempuan berkaki jenjang, sepatu high heels bertali-tali..."
.
Sebuah percakapan di kala sore, Jamilah menyimpan kata-kata di lubuk hati terdalam.
"Aah..itu cuman fantasi." Sambungnya, seakan tau isi kepala Jamilah.
"Pantas, akang suka sekali penampilan dadong, kakinya jenjang, pakaiannya berleher rendah hingga belahan payudaranya sangat tampak. Sekalipun wajahnya mulai tua."
balas Jamilah.
Yaa....wanita tua itu sangat modis, suka berpesta, bahasanya bercampur Indonesia dan Inggris, sosialita di kalangannya...sebentar-bentar berkata" iyaaa Sayang"
"Aaah...kamu selalu cemburu."
Keduanya hening. Diam dalam pikiran yang berputar-putar.

Saturday, June 8, 2019

Jamilah Buduk

Part 1
Sebenarnya, dulu ia wanita yang penuh percaya diri.
Senyumnya manis.
.
Entah mengapa, kini Jamilah selalu menunduk... ia tak lagi seperti dulu.
Sejak kalimat spontan; " ihh buduk."
Kalimat yang dilontarkan memang sangat acuh namun bagi Jamilah sangat terhujam.
Hampir saja Jamilah tak sanggup menahan airmatanya.
.
Jamilah menatap kakinya.