Tuesday, June 23, 2015

Entah...Bingung, Diam, Hening.

Matanya mengudara memutar langit berwarna jingga kemerahan.
entah, tak tau rasanya.
Mau dibawa kemana semua ini?
sebuah pertanyaan di sudut hati.
tak berani bertanya.
sebab, tak sanggup mendengarnya.
Diam, hening.

Tuesday, June 16, 2015

Darling, ini cerita tentang Bapakku

Darling, aku ingin bercerita padamu.
Diam, dan dengarkan saja.
Sore ini, aku rindu pada bapakku.
Sosok tauladan dalam hidupku.
Lelaki Jawa tengah.
Menikahi ibuku, asli Cimahi.
Makanya, Bapak betah di leuwi gajah.
Bapakku, tegas dan sederhana.
Tak suka marah.
Aku sangat menghormati.
Dia, adalah bapakku.

Monday, June 15, 2015

HUJAN RINDU

"Neng, hari ini aku merasa lelah. Badanku sakit semua...Udaranya ekstrim. Pagi dingin, siangnya terlalu panas. Sore cerah. Berubah-ubah."
Yun membaca pesan di malam itu. Hatinya pilu, tiada bintang di langit menambah suram.

"Saredih, nggak ada yang mijet."
Pesan beruntun masuk.
"Akang sakit? sudah minum obat?" tanya Yun, terbayang lelaki itu meringkuk sendiri, nun jauh di belahan barat dunia.
"Nanti sembuh sendiri, sigana kudu ke Indonesia." keluh Mul.
"Sabar, atuh. Kumaha deui?" rayu Yun.

"Heudeuhhhh...judul laguna, aku terpuruk di sini..."
Lalu, Yun dan Mul tertawa bersama.
Hilang semua rasa  sakit dengan mencurahkan perasaan, walau hanya lewat pesan. Hanya itu yang bisa di lakukan...Benua yang berbeda.

"Kang, urang sakit," bilang Yun.
"Hah!!! sakit noan, Neng?"
"Sakit rindu" jawab Yun sambil tersenyum.
"Ahhhh, kamu mah siga ABG"
"Cepat pulang....Lila teuing di dinya,"
"Kumaha deui atuh...gawe."
"Judul laguna, terpuruk aku di sini," balas Yun yang sama dengan Mul.

Mul, lelaki itu semakin gemes.
Seketika sakit badannya sirna. walau hanya berkata lewat pesan. Semua begitu indah. Sore di Swiss,  malam di Indonesia. tak menjadi masalah.

Yun dan Mul, jarak mereka yang begitu jauh, namun hati mereka begitu dekat.

"Hujan nggak disana?" tanya Mul sambil bersiap berangkat kerja.
"Nggakk, Kang"
"Di sini hujan"
"Loh, katanya udara cerah. Kok tiba-tiba hujan?" Yun merasa heran.
"Hujan rindu"
Yun tersenyum membaca pesan itu.
"Neng...berangkat dulu ya, aku sudah sehat. Nih! kukirim, lagu hujan rindu.
Tau nggak penyanyinya?"
"Nggakkk," tiba-tiba pesan masuk, lagu Hujan rindu, penyanyi Hari Mukti.

Selalu ada cara dibuatnya untuk Yun. Lelaki yang tak romantis, kadang sedikit aneh.
"Pria aneh yang ngangenin."

Kembali Yun tersenyum.
Benar, di sini sedang hujan.Derasss.
beribu hujaman di kalbu.
Hujan rindu.

Yun menghapus bening air matanya.
Kutetap merindu, dan menunggu.
Sampai kau kembali

Cikalahang, 14  Juni 2015.

Sunday, June 7, 2015

KEHAMPAAN

Temaram kota, lampu jalan kuning.
Suara lalu lalang begitu bising.
Dibangku taman, Laila duduk.
Hampa dan sendiri.
Tiba-tiba, semua melintas dalam benaknya.
Tiga tahun yang lalu.
Laila tersipu, pandangannya mengudara.
Dinding penuh kerlip kuning gading.
Rambutnyaa berhias kembang goyang.
Jemarinya yang selalu dipuja kekasih hati
"Dik,  jarimu berujung lancip," puji Sopian. Kala berdua, saat mereka bertemu.

Saturday, June 6, 2015

Virus Cinta si Kucing Kampung

Iiih...soal kucing aja jadi masalah. ?
Kucing kampung lagi.Gitu aja ribut.
Biasa aja kaleeee, jangan di dramatisir.
Itu kalimat, dari orang yang tidak suka kucing. Jadi, aneh melihat adanya petisi terhadap pelecehan kucing kampung.

Wednesday, June 3, 2015

Kerinduan seekor Kucing

Aku berdiri di depan pintu rumah.
Tiba setelah tiga jam naik kereta.
Aku berdiri di samping Mamaku.
Lelah, tapi bahagia.
Didepan pintu aku memanggilnya.
"Megumi..."
Kucing jantan itu memandang sejenak.
Diam, ke kiri, ada aku, kekanan mamaku.
Megumi, kucing kesayangan mamaku.
Setia menemani, kala Mama sendiri.
Selalu tidur di kamar.