Sunday, June 7, 2015

KEHAMPAAN

Temaram kota, lampu jalan kuning.
Suara lalu lalang begitu bising.
Dibangku taman, Laila duduk.
Hampa dan sendiri.
Tiba-tiba, semua melintas dalam benaknya.
Tiga tahun yang lalu.
Laila tersipu, pandangannya mengudara.
Dinding penuh kerlip kuning gading.
Rambutnyaa berhias kembang goyang.
Jemarinya yang selalu dipuja kekasih hati
"Dik,  jarimu berujung lancip," puji Sopian. Kala berdua, saat mereka bertemu.

Memendam rindu, karena jarak memisahkan.Tiga bulan sekali bertemu.
Benua yang berbeda. Namun hati terpaut lekat. Komputer kamar selalu hidup, untuk saling menyapa." Hai, dik"
Rayuan yang membuat asmara meledak.
tiada waktu terlewat untuk menyapa.
Lima jampun tak terasa.
Dunia begitu indah, bagi Laila.
Sebelas tahun berlalu, masih juga pacaran. Hati wanita mana tak resah.
"Mau di bawa kemana hubungan ini?"
Laila tetap sabar dalam penantian.
Ditaruhnya kepercayaan dan kesetiaan.
Hanya itu yang membuatnya bertahan.
Laila wanita mandiri, tak tergantung dengan lelaki. Hidup mapan, dunia telah dikuasai. Namun, kehampaan selalu datang...terasa sendiri
Sekalipun, kekasih selalu menyapa.
"Hai, istriku..."
membuat cintaku klepek klepek.
Istri?
Menyenangkan, namun belum membahagiakan.
Pandai benar, rayuan lelaki manis itu.
Cinta memang aneh.
Dalam dua bulan, Laila melakukan serangan balik.
Jika cinta, buktikan dan mari menikah.
Lelaki manis itu, ngelagepan.
Ia terlalu sering mengulur waktu.
"Sabar, nanti ya Dik...nanti."
Membuat Laila mengultimatum.
Serius atau tidak.
Sebelas tahun  hubungan jarak jauh, sudah terlalu lama.
dan tak bisa menanti lagi.
Malam ini, Laila mewujudkan.
Bersimpuh di depan Mamak
Dipacari jemari  dengan inai.
Diulas sayang oleh Mamak.
Malam Bainai yo, sayang
Malam Baiko yo, manis.
Anak daro yo, Mamak jo Marapulai.
Malam-Malam kaduo ya Mamak
Manatiang-natiang piring yo sayang.
Sambanyo lamak yo Mamak
si gulai Kambing.
Baselo jo Basimpuah yo Mamak
Dibawah-bawah tirai yo sayang
Bujanh jo gadia yo Mamak
Banyak maintai
Malam-Malam katigo yo Mamak
Malam-malam bapuik yo sayang
marapulai tibo yo Mamak
anak daro takuik
Malam bainai.
Sanak saudara berkumpul
melantun dizir dan doa.
Laila, menarik nafas.
Bahagiakah?
Dipandanginya, Fitriah, anak remaja.
sekian tahun merindu Ayah.
Besok, Nak. Kau punya ayah baru.
Setelah ijab, berdua mereka tertawa.
Tak percaya,
Terwujud mimpi Laila.
"Bang, kau suamiku."
"Kau, istriku, Dik."
Berpelukan dan melarung malam
dalam sejuta cinta, semanis madu.
Di bangku kota, Laila mengusap cincin.
Pengikat jari manisnya.
Ahhh...ia tetap merasa sendiri.
benua tetap memisahkannya.
Kapan kau pulang?
Hidup bersama-sama.
Nanti dan nanti.
Laila tetap nrimo dan cinta ditaruh dihati.
Setahun berlalu.
Mengapa, kau rusak hatiku.
memudarlah cintaku.
Mengapa, kau buat aku menangis.
Menyurutkan kadar cintaku.
Rayuan mesra penuh kata sayang.
kau dan dia, kubaca..dan kubaca.
hatiku hancur...malam tak tidur
gemetar...
Kau dan dia.
sekalipun kau katakan "Cuman teman,dik"
Laila hanya bisa bertahan.
terlalu lelah untuk pergi.
terlalu tua untuk memulai kembali
bertahan dan terus bertahan.
kehampaan menyergap.
Setitik hujan membasahi pipi
angindingin menghembus.
didekapnya kedua tangannya.
berjalan, membawah setengah hatu yang hilang. Bisakah? aku mencintaimu.
seperti waktu yang lalu, bisakah?
*Cikalahang,7 Juni 2015

No comments:

Post a Comment