Saturday, October 31, 2020

Janganlah Pergi

Pada embun, daun berbisik lirih, "aku mencintaimu."
Jika mentari datang, janganlah pergi.
...kekasihpun, beringsut diam, melepas cumbuan.

"Tetaplah di sini". 
Daun kuning mendekap, "dihatiku".
#takdir 
Siapa pula yang tau? datang dan pergi.

(Puisi ini aku tulis 6 tahun lalu, 31 Oktober 2014.)
Di kala sendiri, aku bermunajat.
Dan Allah menjawab setelah tahun berganti, seorang kekasih hati, menjadi bagian jiwa....dialah suamiku.

Wednesday, October 14, 2020

Balada Cat Lovers

Apa aku saja yang tidak terbuka dengan suami, tentang kucing yang ku tolong.
Kebetulan kami terpaksa harus menjalan hubungan rumah tangga jarak jauh. Aku di sini, dia sana.
Kami berkomunikasi lewat video call
.
Dari awal, dia tau, aku cat lovers. Suami tau, ada beberapa jumlah kucing di rumah, diapun ingat semua nama-nama kucing yang di rumah.
Dia tak keberatan, karena kucing inilah hiburanku, kuanggap pula anak, karena mereka tumpahan kasih sayangku kala sendiri. Agak sedikit gila, karema aku sering bicara dengan kucing.
.
"Kucing mana lagi yang kau bawa ke dokter."
"Rubi..."

"Rubiii, kucing baru ya."
"Nggak," kataku, "kucing lama. "
Padahal baru, entah darimana datangnya. Rubi memakai kalung, tapi tak pernah dicari. DI BUANG.

Saturday, October 10, 2020

Sunday, October 4, 2020

Rubi Lofi, diBuang Owner karena Sakit


Hujan sangat  deras di sore hari, bersama kegelisahanku mencari kucing bernama Rubi.
Biasanya Rubi mencari tempat dingin, sudah di cari-cari untuk disuap makan. Tetap tidak ada.
Aku yakin saat hujan, waktu mustajab  berdoa kepada Allah agar bisa menemukan Rubi.

5 menit kemudian kontan terjawab
"Bu Een...ini kucing ibu,.kan. Tuh, di samping tempat sampah. Ini Bu.Sepertinya sakit." 
Empat cucu tetangga mengendong Rubi yang basah kuyup
Ah, bocah ini, hujan deras tanpa geledek, adalah kesempatan cucu-cucu tetangga bermandi hujan.
Keempat melanjutkan mandi di air kucuran talang tetangga yang jatuh tepat di depan pagar rumahku.
Langsung Rubi aku keringkan, diam dan kedinginan

Rubi Lofi

Friday, October 2, 2020

Hari Batik Nasional

Aih, selalu lupaaa, kalau setiap tanggal 2 Oktober, ditetapkan sebagai hari Batik Nasional, lupa lupa lupa, kalo nggak liat medsos, lupaaaa.
.
Wajarlah, Mama lupa, soalnya nggak ngantor, nggak ada surat edaran memakai batik hari ini, mama orang rumahan saja...hehehe.

Etapi....jangan remehkan para mamak-mamak ya.
Mereka bisa dikatakan pelopor pemakai setia baju batik, lihat aja, baju bercorak batik yang paling nyaman itu, Daster.
Daster sudah  bolong aja,masih enak dipakai, kainnya bertambah adem, apa karena batik ya.
Aku paling setia dengan merk daster batik Kencana Ungu, ini bukan endorse ya, ini jujur, bertahun aku setia dengan merk ini, daster batiknya memang  eunakkk tenan di badan.
.
Batik
.
Aku pikir, kepanjangan dari kumpulan titik-titik.

Cape hati, baru berteman, ujungnya pinjam uang

Berteman, apalagi baru kenal, teman-temannya suami, tentu senangkan.
Paling tidak ada teman untuk diajak ngobrol daripada kalo kumpul, nggak jadi 'nyamuk galau', mau mengigit takut digeplok, nggak mengigit dikira sombong.

Sekedar tau saja, aku berteman standarnya biasa (sedang-sedang saja): tak dekat tak pula jauh, intinya teman sebagai penyambung silaturahmi, tanpa niat yang lain.
Tak heran, suka aneh aja, teman suami, berteman dekatnya melebihi pasangan sendiri, sukaaa heran ran ran (geleng-geleng kepala).
Kalo nggak ketemu, seperti orang kegigit nyamuk, gatal, kalo nggak  digaruk, gelisah, di garuk, puas, harus ketemuan. Suka anehhh, sebegitu dekatnya?
.
Mungkin latar belakang yang beda dua orang yang berbeda.
Dulu aku sangat mandiri, tidak tergantung dengan orang, suka-suka...(nggak punya uang, mending makan sama garam, daripada berhutang). Kebetulan, teman-temanku juga jarang minta ini itu, apalagi berhutang

Beda dengan suamiku, teman adalah segalanya, mereka adalah teman seperjuangan, penyimpan rahasia terbesar. Makanya, kami, dua orang yang.suka beda aliran.
.
Sangking dekatnya, apa-apa lossss aja minta ke teman, beliin baju merk itu, kutang ukuran itu, bahkan bayarin listrik, juga minta, berhutangpun lupa bayar. Apa sangking dekatnya?

Mendadak segala kemudahan itu hilang. 
Lenyap, setelah tempat curhat, tempat berharap itu : berkeluarga. 
Wajarlah, kini ada skala perioritas, lebih mementingkan keluarga dibanding  orang lain.
Bukan pelit, tapi kebutuhan banyak. 
.
Kembali, ke masalah hutang.