Wednesday, September 30, 2015

Aku sudah besar...| Kucingku Neko Hameri

"Aku sudah besarrrr..."


mungkin kalimat itu yang dia teriakkan padaku, bayi kucingku. Neko Hameri.

Lihat...mataku juga sudah besar, berwarna hijau terang.
Dan suprise! Aku sudah bisa minum sendiri.


Bahagianya.

Tak terasa, Bayiku sudah besar.

Sebuah keajaiban, Neko bisa bertahan dan tumbuh sehat.
Semua karena rasa optimisku.
Aku pasti bisa!
itu prinsipku.
Sekalipun, aku akan direpotkan dengan kehadirannya, namun aku selalu yakin, aku bisa merawatnya.

Thursday, September 17, 2015

Neko Hameri...Dimana kau berada?

Neko, dimanakah kau berada?
Neko Hameri
Kucing berumur 2 minggu, kini memasuki usia 6 minggu.klik
Bayi kucing yang ku bawa dari Cirebon ke kota Bogor.Klik
Kucing kecilku nan lincah

Sudah pandai meloncat
Memanjat, dan berlari

tubuh kecil luwes bergerak.
Neko dengan mpengnya. [dokpri]

Ternyata, bola matanya berwarna hijau. berbulu campur.Luka-luka di tubuhnya sudah mulai sembuh. Neko sangat ramah, mulai berani mendekat dengan kucing lain
Neko, pun bermain mundur maju, seperti menerkam. Bersembunyi, merundukkan badannya...Naluri kucing mulai berkembang sesuai usia.

Wednesday, September 16, 2015

Menunggu

Menunggu.
lelah
menunggu
ragu.

hampa semuanya.
apa yang dicari?
menunggu
ketika denyut kasmaran
tak terasa

menunggu
lelah
menunggu
ragu.

Duhai, yang tak tau rasa.
Tunggu jawabanku
menunggu
atau, tetap menunggu

atau berlalu.

Saturday, September 12, 2015

Aku hanya ingin bahagia...[mimpi seekor kucing]

Siapakah mau dilahirkan?
Jika, kehadirannya, tidak diterima.
Jika kau, seekor kucing kampung.
Yang di anggap hama, suka mencuri, buang kotoran sembarangan, biang penyakit toxso, jelek, dekil.

Siapakah?

Hanya karena takdir Allah.
Lahir di dunia ini.
Kemudian nasiblah yang menentukan, mempertemukan orang baik...atau nasib jualah, yang menjadi siksa sengsara. Nasib.
Seekor kucing kampung.
lahirpun, di lihat sebelah mata.
Tak ada yang menyukai.
Siapakah yang mau dilahirkan.
Namun, hidup terus berjalan.

Thursday, September 10, 2015

Kinkun, the Last Generation

Kinkun, kucing baik itu telah pergi.

Sedihku tiada terkira. Kinkunku telah pergi.

Berulang kali, aku meyadarkan diri, bahwa Kinkun benar pergi. Begitu mendadak.

Pagi itu, di bulan Agustus 2015.
Kinkun ditabrak motor. Teriakkan tetangga menyuruh berhentipun tak di ubris.Tetap saja pengendara motor tetap melaju kencang. Aku menangis, ternyata  kucing yang mengelepar itu, Kinkun.
Ia mati seketika. Aku hanya memaki, membatin, semoga karma untuk pengendara itu...Sudah berulang kali aku kehilangan satu persatu kucing baikku. Kehilangan yang tak bisa cepat lupa dalam ingatanku.
Uncrit dan Mbing mengempeng di Mak Kikun

Saturday, September 5, 2015

Alternatif terakhir membawa Kucing

Setelah hampir 20 hari di kampung halaman, aku harus balik lagi ke Bogor. Soal pulang pergi Cirebon-Bogor, biasanya gampang, tinggal naik kereta api, selesai.
Neko Hameri, siap berangkat dari desa Cikalahang ke Bogor
Masalahnya, aku nemu kitten Neko Hameri, di buang  di jalanan depan rumah. (Hadeuhhh...kenapa harus di depan rumah orangtuaku) masih piyikkk, usia sekitar 2 mingguan, jalan aja masih merangkang.  Nggak mungkin, kan, aku tinggal begitu saja di rumah Mama, nggak ada yang bisa merawatnya. Itupun, syukur alhamdulillah, Neko bisa bertahan sampe kini 4 minggu.
Nah, ini masalahnya. Neko Hameri Si kucing lokal, mau dibawa pakai apa, naik kereta api atau bus umum.