Sunday, December 8, 2019

Cerita Ngalor Ngidul

Matahari minggu ke dua Desember, pagi ini cukup bersinar.
Sayang, bunga Garlic Unggu tak bermekaran, hujan membuatnya tak bisa bertahan, bunga rontok sebelum waktunya.
Kalau mekar sempurna, bunga itu cantik sekali, kata orang yang melihatnya, serasa di Jepang.
Oya, aku belum.pernah ke Jepang. Bermimpi pun tidak, sadar dan mengukur diri
Sudahlah, lupakan keindahan Negeri Asia Timur itu.
Aku tetap di sini, Bogor Barat.
.
Sehabis menyapu daun dan hiasan tanah (baca: tai kucing) di depan pagar orang.
Aku menyapu seluruh jalan blok dari ujung jalan buntu ke pintu jalan keluar(di pasang portal).
Aku nggak perduli dibilang; "Bu Een, rajin amat."
Aku pikir tak membuatku hina menyapu jalan.
Yaaaa, jalan bersih untuk semua.
Kadang aku semen juga jalan dengan modal 2 sak semen, 2 karung pasir seluruh jalan.
Ini sebuah bentuk tanggung jawab catlovers (kadang kucing liar juga mampir). Entah siapa yang suka pup di jalan yang ada pasirnya. (Apa perlu pasang Cctv untuk menyelidikinya.) Namanya binatang, mana tau aturan kalau kebelet tinggal proot (kecuali, kucing rumah, pup nya di wc khusus kucing)
Pup ini entah siapa pemiliknya, untung bentuknya bulat bulat padat (rata-rata kucing makannya dry food, nggak makan nasi) jadi  untuk bunga tanah itu, tinggal disapu angkat pake pengki.
Kembali ke tai kucing,
Sebenarnya, kucing juga punya hak atas tanah di bumi ini, wajarlah dia pup. tinggal manusianya yang berpikir...harus bagaimana?
Daripada ribut  dengan tetangga, keluar sedikit modal untuk semen jalan. Selesai.
.
Beberes selesai. Anak mantu belum bangun juga. Mereka rata-rata pekerja, kalau pulang ke Bogor, pikirannya cuman: tidurrr, istirahat.
Ya sudahlah.
Soal makanan, tinggal.pesan go food..Maklum selera beda, ya syukurlah, nggak repot.
Hidup dibikin santai. sudah tua ini.
Kalo kerja, kerjakan. Cape, berhenti. Mau makan, makan, yang penting ibadah tetap nomor satu.
.
Desember, sudah ya, cerita ngalor ngidul.
-salam sayang-

No comments:

Post a Comment