Friday, April 24, 2015

START FROM GROUND ZERO AGAIN


Dua puluh dua tahun, waktu yang tidak sebentar untuk berumah tangga
Segalanya telah dilakukan, bersabar, memaafkan, berharap dan berdoa,
berusaha untuk mencoba dan terus mencoba, agar tidak ada penyesalan.
Segudang lebih kesabaran, sekuat karang untuk selalu tegar

Terus berlalu, dalam sandiwara yang entah kapan usai.
Derai tangis seakan kering, entah kapan berakhir
dalam kepiluan, dan beban yang ditutup sendiri.
Kapankah semua berakhir...berharap berakhir indah
tak terasa begitu lama waktu membawaku didalamnya
berdoa dan sholat lail adalah tempat setia mengadu kepada kekasih hakiki
Hanya kepada Allah, aku memohon jawaban terbaik untuk hidupku
"Jika dia jodohku, panjangkan hingga akhir usia dan jika dia bukan lagi jodohku,
inilah jalan yang terbaik untuk mencari kebahagian "

Sejak awal, menikah, sudah kau letakkan tanganmu di pipiku.
Sekecil apapun masalah.
Saat Prestasi kerja dan mulai punya.
Kau mulai membagi cinta.
Sepuluh tahun dengan wanita yang sama.
Aku pura-pura tak tau. Padahal aku tau. kaupun tau.
Sandiwara demi cinta.
Demi anak.
Demi pilihan sendiri.
Waktu dan doa terus berlalu

Sampai suatu titik, di titik nol kesadaran menghampiri hatiku kembali.
Mata yang terbutakan karena cinta yang teramat sangat.
Bertahun mendzolimi diri sendiri atas siksa badan dan hati
Suatu titik dimana, ia mulai menuduhku
Adilkah bagiku? apa salahku?
Aku tak melakunya
sedangkan aku menutup mata hatiku atas ketidak setiaanmu
adilkah ?
Itulah saat kesadaran berada pada titik nol
Kesadaran yang membawaku kembali
Untuk bangkit memperjuangkankan hidupku
Untuk mengakhiri sinetron panjang lakonku.
Akupun tak sanggup lagi

Semua gertak sambelmu, seribu kata cerai kau lontarkan
Gertak sambel.
Sekarang, semua aku kembalikan padamu
ini bukan  sekedar gertak sambel
ini bukan sandiwara
ini adalah realita
bahwa aku sanggup melakukannya
aku bukan wanita yang lemah seperti kau kira
aku gugat kau, kekasih 
aku sangat mencintaimu, tapi aku sadar
aku harus pergi meninggalkanmu.

"Mama, dulu Mama berkorban demi Lala. Tak bercerai. Lala semua kesedihan mama. Kini, Lala Mohon..Bercerailah. Selamanya Ica tak akan bahagia, jika Mama tetap bersama Bapak. Mama berhak bahagia, Lala akan memberikan untuk Mama,"
Adakah kata-kata itu meluncur deras dari seorang anak, yang juga korban kekerasan, baik fisik dan verbal. Adakah anak di dunia ini, yang memohon orang tuanya bercerai.
Itu hanya berlaku pada anak gadisku, anak semata wayangku.
Kini ia telah dewasa dan bekerja, dan mengerti sesungguhnya yang terjadi.

Setelah masa iddah cerai Islam selama 3 kuru ku lewati, tetap saja aku bermunajat kepada Allah, sholat isthiarah meminta petunjuk. Ada tiga tanda ya kau beri Allah. Karakternya tidak berubah. Memaki kasar padaku, saat aku menolak rujuknya.
"Mana ada lelaki yang mau dengan wanita tua umur 40 tahun, potong jariku," Ancamnya sambil memaki. Segera kututup wajahku, karena pasti ia akan menempelengku.
"Wanita tak tau diri. lihat wajahmu, badanmu. Aku ini, banyak wanita yang suka, apalagi di kantor." 
Aku hanya diam, yang kutau betapa sombongnya lelaki berwajah tampan di depanku. Betapa menghinakan diriku, lelaki berbadan ideal di hadapanku, yang dengan kasar menunjuk jarinya pada wajahku. itu sudah tabiatnya. Allah, memberi banyak tanda..
Pesan singkat penuh cinta dari wanita  itu, atau pramugari beranak tiga masih istri orang.

Tanda itu sudah menyakinkan aku, untuk tetap maju, tak surut untuk berhenti.
Hari Jumat, di temani anakku, aku menggugat cerai suamiku secara negara di Pengadilan Agama klas II Bogor, sesuai domisiliku di KTP.
Setelah masa iddah cerai islam, dan ikhtiar yang kulakukan gagal untuk rujuk kembali.
Membayar administrsi sebesar Rp. 550.000,- ternyata tak mahal.
Syaratnya hanya, mengisi formulir, fotocopy KTP sebagai dasar Pengadilan Agama tempat menggugat, Kartu keluarga dan Surat Nikah yang di legalisir di Kantor Pos bermeterai Rp. 6000,- (Istilah istri menggugat suami adalah gugat cerai, sebaliknya suami menggugat istri adalah talak cerai. Biaya gugat di tanggung pengugat).
Dengan Bismillah, aku mulai perjalanan hidupku yang baru.
Start from ground zero again

Bogor Barat,   Jumat 25 Oktober 2013


***


1 comment: