Tuesday, May 12, 2015

Meretas Rindu

:: Ketawang Gede, lepas panen.

Berlari riang bersama angin
ikan kecil mengejek sinis
aku selalu tak sanggup menangkapnya.
kupu-kupu melayang tinggi
pipitpun tak perduli
mematuk bulir sisa padi

Berlari meniti pematang
meninggal jejak di lumpur
bermain air mengepul keong
Merebusnya diberi garam
tak pernah berpikir, itu racun.
Buktinya, aku tetap hidup!

Mengetuk rumah berdinding bilik.
kembali pulang setelah lepas senja.
Ibu, tak pernah bertanya
Sibuk mengasuh adik
buktinya, aku ada hingga kini.

Tak taukah, Mak, batinku
Kemarin, aku hampir mati.
Tenggelam di pintu air.
hanya mengejar sendal jepitku yang larut.
Untung, ada dahan yang menjulur.

aku tak cerita.
Ibu tak pernah tau.
bahkan, si Toto anak tetangga
mencium pipiku. aku tak cerita.
"Nanti, kamu akan jadi gadis  manis"
aku malah sibuk mengepang bonekaku.
Anak Budhe Tum itu tersenyum padaku
"Nanti, jadi bojoku ya"
itu saja yang kutau.
Dia kuanggap kakakku.
Buktinya, aku tetap aman dan perawan.

Tahun berlalu, kenang masa lalu.
banyak peristiwa tlah ku lalui.
Entah dimana, si Toto itu.
Masihkah, pipit mematuk bulir.
Ingin ku kembali.

Menatap riak di pintu air
berjalan menjejak di pematang.
Kembali ke ds kecil
Ketawang Gede.
Merentas rindu.

Kota Malang 1978.

Kota hujan, 12 Mei 2015

No comments:

Post a Comment