Monday, March 16, 2015

Kau dan Dia, Aku?

Perempuan itu, hanya menunduk
Menahan gumpalan di dada
Sebulir airmata diusap berlahan
Ia lalu, berwudhu.

Percikan air tersisa di wajahnya.
Tetes airmata tak sanggup lagi
Lantunan surah Ar Rahman, tersendat.
Kemudian kembali dibacanya berlahan.
Diam, tertahan sejenak.
Diusap segenang dengan jari telunjuk.
Ia terguncang.


Dalam balutan mukena, bahunya bergetar. Susah nian menahan.
Ya Allah. Pemilik segala kebahagiaan.
Nikmat mana yang hamba dustakan?
Banyak nikmat yang hamba syukuri.

Dalam hujanan kebahagiaan.
Hamba sadar, ribuan kedukaanpun datang.
Bahagia dan duka selalu beriringan...Hamba sadar...Ujian.
Hanya pada-Mu Ya Allah.
Tempat mencurahkan, rindu dan sayang.

Dalam balutan doa, Hamba pasrah.
Perempuan itu melipat mukena merah jambu, berlahan.
Mengusap wajah berlahan.
Hatinya terbakar cemburu.
Kau, yang berburu matahari..bermain pasir.
Menari dipantai, duhai.

Kenapa cemburu? tanya lelaki itu.
"Kita bukan, sepasang remaja.
Di hatiku, hanya kamu" tegasnya.
Perempuan Sunda, itu tersenyum getir.
Tak taukah, kau.
"Karena aku mencintaimu."
Itu jawaban yang tak terucap.
Hanya tergeletak di sudut hatinya.

Dalam diam, ia meredakan degup.
Pandai berdamai dengan hati.
Menyimpan, semuanya.
dalam diam...
Perempuan  itu yakin.
Pesona dirinya membuat gugup.
Lelaki, kekasih yang bermain di pantai.
Kini, sedang bertanya-tanya.
Dalam permainan dunia.
Selalu ada,
Kamu dan Dia
atau Aku?

Cikalahang, 16 Maret 2015




No comments:

Post a Comment