ku naiki tangga menjenguk Rembulan
awan kelabu tak biasa
mengapa, wahai
wajahmu sendu tertunduk pilu
sinarpun redup
awan kelabu tak biasa
mengapa, wahai
wajahmu sendu tertunduk pilu
sinarpun redup
Marah pada Matahariku
semalam tak menyapa
melirikpun tidak
membuat hujam menghujam
oh...rembulan merajuk
semalam tak menyapa
melirikpun tidak
membuat hujam menghujam
oh...rembulan merajuk
kuturuni tangga
kulihat Matahari
sendiri, diujung bumi
kulihat Matahari
sendiri, diujung bumi
Belum ku bertanya.
Ia menjawab lembut.
"Kadang aku ingin sendiri.
Biarkankan kurenungi semua
kadang ia cemburu
aku tau.
tapi. harus kau tahu, sayang.
Everything, you're always on my mind"
Ia menjawab lembut.
"Kadang aku ingin sendiri.
Biarkankan kurenungi semua
kadang ia cemburu
aku tau.
tapi. harus kau tahu, sayang.
Everything, you're always on my mind"
Lalu....aku bingung.
Apakah kunaiki tangga ke rembulan.
menyampaikan salam.
atau, tetap di bumi
memandang matahari
yang bersinar jingga pesona.
Apakah kunaiki tangga ke rembulan.
menyampaikan salam.
atau, tetap di bumi
memandang matahari
yang bersinar jingga pesona.
Duhai, beginilah daku.
Angin, sang pengantar.
diam...
tak harus bagaimana.
Angin, sang pengantar.
diam...
tak harus bagaimana.
No comments:
Post a Comment