Sunday, November 3, 2013

everyday is powerfull day


       Lagi minum segelas kopi luwak, pas bener ada Sekocak ..
Segelas kopi dengan motivator disebuah televisi swasta..kok kompak ya,
aku dan dia sama-sama minum kopi.... Ngopi memang tiada duanya.
Anda ingin selalu ber- energi.  # Everyday is powerfull day
Oke siap. tegakkan badanmu ..#berhenti dulu dong ngopinya, Siap !
Angkat kedua tangan anda, rasakan dari ujung jari anda atas izin Allah
mulai..terasa bukan..energi akan masuk dari ujung jari turun, turun kebawah
tarik nafas dan turunkan dan dekap didada.terasa hangat
dan hentakkan..anda merasakan  energi..
dengan energi maka menimbulkan antusias dalam diri anda.

Asal Muasal Nama Bogor...

Kartu Tanda Penduduk, jelas saya bertempat tinggal di Kota Bogor Barat
Baru sadar, gimana saat ditanya tentang Bogor?
Tempat berlindung dari panas terik dan hujan kok nggak tau...#sambil tersipu malu.

Kota Bogor berkaitan dengan Kerajaaan Pakuan ibukota Pajajaran,

Mengapa dinamakan Bogor?

Pada masa kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg  
(pengucapan: boit'n-zôrkh", bœit'-) yang berarti "tanpa kecemasan" atau "aman tenteram".

ASMARA

Een
Asmara memang tiada pernah diduga.
Bagaimana tidak,  aku pernah bertemu dengan pemuda itu empat tahun yang lalu.
Saat pesta ulang tahun temanku saat usiaku enam belas tahun,
aku pemandu acara saat itu, Sisi berbisik," Ssssttt....nanti kue ulang tahunnya dikasih buat pacarku."
"Yang mana orangnya?"
Sambil menanti acara dimulai, aku menerima setiap tamu di depan pintu.
Seorang pemuda berkaos merah menyala membawa kado yang besar
Sisi  sang ratu malam itu mengedipkan mata, memberi tanda ini orangnya.

REUNI SMAGA PALANGKA RAYA ...

Reuni kami

Reuni..hmm aku anti deh, kupikir ngapain atuh pake reunian?
Apalagi...udah pada nyebar kemana,kawan-kawan semua..Bakal ribet nih.
Bener-bener males deh..tenyata apa yang tidak disukai  malah menjadi kenyataan.
eittt!!!...makanya jadi orang jangan negatif mulu lue punye otak,
Bener nih...cari yang baik aja deh.

REZEKI YANG TAK TERDUGA

by Een

”Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
[Q.S  ath-Thalaaq : 2-3]

Rezeki itu datangnya dari Allah. 
Jangan pernah kuatir akan hidup ini, sesusah apapun.
Rezeki itu datang; pada saat pintu satu tertutup, pasti ada pintu lain  yang terbuka.
Itu selalu membuat Sulastri optimis akan hidupnya.
Ia tidak pernah takut untuk mati kelaparan.


Bundaran Besar Palangka Raya... Riwayatmu kini.

                                     ( source image by google )                          

Reuni...Berasal dari 2 suku kata , re artinya kembali , uni artinya bersatu
Reuni berarti bersatu kembali, bertemu kembali dan mengenang masa lalu.
Reuni SMA mempertemukan aku dan kawan kawan lama di kota Palangka Raya.
Saat pagi aku, Rina dan Herwin sebagi supir , naik mobil pinjaman milik Andi.
Kami berkeliling kota Palangka Raya...ramai bercerita masa lalu.
Kami berputar di bundaran Besar...Ikon kota Palangka Raya
kupikir ini bundaran terbesar di Indonesia...sampai aku bertanya, apa nama bundaran ini?
Yang aku tau, Bundaran besar dan  bundaran kecil  # Apa ya lupa kasih nama.
Pusat keramaian orang berkumpul dari sore hingga malam hari.
Bundarannya tetap sama besar, yang berbeda adalah kisah tentang patungnya.

SETEGAR BATU KARANG





diam diam
berdiri tegak di kedalaman samudra
dan ketika saatnya tiba
ketika air tlah surut
kesabaran pupus
ketegaran sirna
Ia sanggup mengkaramkan bahtera
# tentang sebongkah karang
Air tenang belum tentu tak beriak

KEPERCAYAAN, IBARAT KERTAS


Sebuah tulisan bijak di buku yang kubaca hari ini. 
"Kepercayaa itu ibarat kertas, jika ia diremas. Kepercayaan itu tidak akan kembali"

Kenapa mendadak aku rindu dengan kakak perempuanku?
Kukemas bingkisan untuknya, hanya makanan kecil.

***

Sedari pagi, rinai gerimis seakan tak ada akhirnya. Dengan sepeda motor, aku melaju ke rumah kakakku. Sudah lama tak berkunjung, ada terselip rindu dengannya. Rumah tempok dengan cat usang terkelupas. Suram. ..Aku mengibas rambutku yang basah sembari celingukkan. Rumah tampak begitu sepi tiada berpenghuni.

Seraut wajah dengan senyum lebar, susunan gigi yang sangat rapi.
Masih tersisa kecantikan di masa lalu,  tersembunyi di balik badan tinggi besar. Mantan Model. Sayang, kegetiran hidup memendamkan kemolekkannya. 
Mana sempat terpikir untuk merawat badan. Banyak pikiran. Anehnya, semakin stres, semakin nafsu makan meningkat...Bentuk pelarian yang tidak sehat.
Di balik tubuh besar yang di sangka orang 'bahagia', tersimpan hati yang kurus kering kerontang.
Eliani sudah hampir dua puluh tahun dikhianati suaminya. Kurus hatinya karena minum madu.

Madu? Istri-istri suaminya. Sebagai Istri pertama, dialah yang paling terpukul. Kasihan.

"Memang jatuh cinta itu mudah, tapi untuk setia, itu luar biasa"
Eliani mulai mengobrol sembari mengigit tahu brontak yang kubawa.
"Jatuh cinta itu enak! sayang-sayangan. Semua terlihat terlihat manis. Cinta semu!"

Sebagai seorang wanita,  ia layak kusebut bidadari 
Bidadari versi besar. Big is beautiful...no matter!
Bagaimana tidak disebut bidadari. Berlapang dada, ketika suaminya menikah lagi, bahkan tiga atau juga empat orang wanita. Di akuinya, pada awalnya, sakit hati! menangis sampai air mata kering. Kemudian ia sadar,  menangis darahpun tidak mengubah keadaan.
Sejalan dengan waktu Eliani menjadi terbiasa bahkan kini ia tidak perduli.

"Mau sepuluh wanita, silahkan!...aku enggak mikir! Aku enggak perduli lagi!

Yang penting. duit kemari!" jarinya menjentikkan, seakan uang datang.

Kadang aku berpikir terbuat dari apa hati kakakku ini? Sanggup menjalaninya.


"Cinta itu, bukan hanya ditabur. Ketika benih tumbuh, perlu disiram  dan dipupuk. Begitulah seharusnya,  agar cinta selalu bersemi. Cinta itu, bukan ditinggalkan begitu saja, ia akan menjadi layu dan mati.

Duluuu, aku cemburu dan menangis sepanjang hari setiap ia main perempuan. Bertengkar hebat dengannya. Akibatnya aku dimarahi, habis aku dimaki." 
Eliani menarik nafas menahan gemuruh di hatinya.

Suami Eliani itu  tidak pernah sadar, jika istri menangis, itu tandanya ia sangat mencintai dengan cemburu.

Kini, baru suaminya tau, setelah sekian tahun berlalu, tak lagi didapatinya,  Eliani, sang istri   menangis,  bahkan berdebat pun malas, Eliani cenderung diam.

"Jangan salahkan, jika hatiku telah membatu, dan air mataku kering.
Itu tandanya hati dan cintaku tlah mati..."

Waktulah yang membuat hati seseorang belajar mengkondisikan keadaan.

Waktu pula yang membuat cinta tak bersemi lagi. Semua begitu hampa baginya.
Rumah tangga ini berjalan bagai perahu yang hanyut, mengikuti kemana air membawanya pergi. Hampa, hilang arah. Cinta yang susut termakan waktu.

Kepercayaan yang terkoyak, siapa yang harus dipersalahkan?

Jika manusia dapat membalikkan waktu, tentulah kondisi ini tidak akan diterima. Begitupula bagi Eliani. Kini ia sudah merasa tua, tidak ada lagi yang diharapkan. Hanya kebahagian dari anak cucu serta keluarganyalah, yang memberi tetes kesejukkan.

Kini, Eliani bahkan tidak rindu lagi dengan suaminya, karena jarak yang jauh menyebabkan suaminya jarang pulang. Eliani hanya ingat suami, ketika isi dompetnya kosong. Barulah ia menelpon.

Jika tidak, dimana,  kemana, mau apa?  Eliani tidak perduli lagi. 
Begitu pula suaminya, kadang bisa dihitung dengan jari untuk menelpon Eliani. 
Jika sang suami pulang ke rumah, di pantat terasa ada duri menusuk, tidak nyaman, lebih baik tidak usah datang saja. Apalagi ingin bercinta...Buang jauh-jauh keinginan itu, 

Entahlah...mengapa hati ini bisa  berubah. Apakah karena kepercayaan telah  dirusak? Sekalipun menerima keadaan tetapi itu hanya teori, kepercayaan ibarat kertas, jika diremas dia tidak akan kembali sempurna seperti semula.

"Jagalah kepercayaan itu ya, Dik...Kamu, laki-laki,suami dan kamulah yang memegang kendali. Mau di niatkan, apa tujuan rumah tanggamu? semua terletak ditanganmu! "


Sebuah nasehat sederhana dari kakak perempuanku, antara sedih aku memandangnya. tetapi aku bahagia melihatnya.

Selalu...selalu ada senyum yang lebar menghiasi wajahnya
Senyum yang kadang, aku sendiri tidak tau apa artinya.

Oh!  kakakku...Telah menemukan arti cinta sesungguhnya dari manis dan getir kehidupannya.
Dan aku, laki-laki serta suami. Tak akan kunodai kepercayaan istriku, sejak ijab kabul.
Akan aku jaga untuk selalu setia sampai ujung usia.
Bagaimana aku tega merusak kepercayaan itu.
Dari Eliani kakakku, aku tau itu sangat menyakitkan.
Tak akan sekalipun, kurusak kepercayaan itu.
Aku akan selalu setia mencintaimu, wahai istriku.

***


Bumi Seribu Masjid,1985.