Tuesday, October 8, 2013

MINA..

Catatan Perjalanan Armina musim haji 1427 H


Sabtu, 30 Desember 2006 ,10 Dzulhijjah 1427 H. (Hari Nahar)

" Allahumma haaza  minaa  famnun 'alayya bimaa mananta  bihi a'laa auliyaa ika wa ahli tho a'tika"


Ya Allah, tempat ini adalah Mina, maka anugerahilah aku apa yang Engkau telah anugerahkan kepada orang-orang yang dekat dan taat kepada-Mu

Perjalanan Armina tanpa nasi..Mabit di Muzdalifah.

Mabit beralas tikar beratap langit

Perjalanan Armina.

Mabit di Muzdalifah

Munajat kepada Allah, ampunkan segala dosa.
Tahun ini malang nian
sejak dari Mekah - Muzdalifah
kami tidak makan nasi, roti terus, lemas...
Jam 7 malam , kami diangkut dengan bus sistem teradudi.
Sungguh perjalanan yang melelahkan.
perlu kesabaran.
mabit mengambil batu
cuaca sangattt dingin tidak berkawan.
Tidur terhampar bumi dan langit,
ditambah bapak yang sedang tidak sehat
yang semua perbekalan diserahkan kepada kami
dari mengangkat barangnya dan sebagainya.
Tenaga sudah diambang limit
Seonggok semangat  yang tersisa.
kekuatan niat menjadi kami kuat.

Menunggu bus, sabarrrr dari jam 01.00 dini hari sampai subuh jam 05.00
kami baru tiba di Mina. Mahtab 7.
berebutan kami mengambil nasi di tenda dapur.
Hah..lemesss ..habissss.
nasi oh nasi..
untung banyak yang berjualan di Mina
terpaksa aku beli masakan India berbentuk roti yg saosnya berasa jamu
memang nasi tiada duanya....
Armina benar benar tanpa nasi.

(puisiku dalam jurnal haji)
10 Dzulhijah 1427..Mabit di Muzdalifah.
_________________________________________________________

Mabit di Muzdalifah

Selepas wukuf setelah matahari tenggelam pada hari Arafah.
Rombongan bersiap menuju ke Muzdalifah untuk Mabit (berhenti sejenak/bermalam ).

berhaji memerlukan kesabaran dan keikhlasan
ibadah hajipun  harus pula memeiiki kekuatan fisik dan pengetahuan
sejak dari Arafah menuju Muzdarifah..harus pula bersabar menunggu bus yang menjemput
berdesak desak dan lalu lintas yang sangat padat, kami memakai sistem teradudi.
Sebenarnya jarak Arafah _ Mina tidak sampai 10 km, namun terasa lama dengan kemacetan.tak jarang
ada beberapa teman yang berjalan kaki

Suasana yang mengharu biru mendengar takbir mengagungkan kebesaran ilahi
"Allahu Akbar, Allahu Akbar ,  Allahu Akbar. Laa ilaaha ilallahu Allahu Akbar.
Allahu Akbar wa lillahilhamd "
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha besar.
Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji hanya bagi allah ,

Takbir terus berkumandangm terus dan terus walau perut tanpa nasi.

Muzdalifah hanya sebuah masjid dengan pelataran luas bukan sebuah kota.
Mabit di Muzdalifah begitu hiruk pikuk, semua rombongan mencari tempat untuk beristirahat dan berdesak desak..tempat ini begitu terang benderang dan mudah  memungut kerikil untuk jumroh. Tak perlu lagi memakai senter.
Bagimana tidak hiruk pikuk.. di Utara terdengar rombongan kehilangan jamaahnya.
 Di Selatan atau dimana saja, pengeras suara mencari rombongan yang terpisah dan tersesat.
dan kami termasuk tahun haji pada puncak musim dingin si bulan Desember dan Januari
ada sebagian jamaah yang menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuh.
dari Tanah air aku sudah berbekal permen jahe yang hangat karena informasi cuaca dingin.
Cuaca dingin pada musim haji akan terjadi dari tahun 1997 sampai  2014 M
dan puncak dingin tertinggi pada musim haji kami tahun 2006 Masehi.

Lewat tengah malam, rombongan jamaah haji baru boleh bergerak dari Muzdalifah menuju mabit di Mina..



























WUKUF DI PADANG ARAFAH.

Catatan Perjalanan Armina.

Hj. Ida Chandra, H. Uu Suminta dan Hj. Een (saya)


Kamis, 28 Desember 2006/ 8 Dzulhijjah 1427 H (Hari Tarwiyah)

Menuju perjalanan ke Arafah.

Udara sangat dingin.
Hari kami berangkat meninggalkan Mekkah menuju Arafah bada' dzuhur
Kupanjatkan doa kepada Pemilik Hidup dan Matiku.
Memohon keselamatan dalam melaksanakan Rukun Haji.
Akupun siap melaksanakan ibadah haji.

Diawali dengan bersuci yaitu mandi dan berwudhu, berpakaian ihram serta shalat dua raka'at sebagai shalat sunnat Ihram, kemudian dengan ku ucapakan niat berhati
 "Labbaika Allahumma  Hajjan"
Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah untuk berhaji.

Maka mulai detik itu juga, aku dalam keadaan ihram sehingga segala larangan ihram pun mulai berlaku.
Kami bersama rombongan melaksanakan  rukun haji.

Rukun Haji  : Ihram, Wukuf di Arafah, Tawaf Haji ( Ifadah ), Sai, Tahallul (cukur)  dan tertib.
Rukun Haji adalah rangkaian amalan yang HARUS dilakukan dalam ibadah haji dan tidak dapat digantikan dengan yang lain, walaupun dengan dam. Jika ditinggal  maka tidak sah hajinya

Di dalam bus kami tiada henti menjawab panggilan Allah.
Salah seorang memimpin bacaan, yang lain menirukan beramai ramai.

Labbaik, Allahumma labbaik 

Serentak.kamipun menyambut talbiah:
Labbaik, Allhumma labbaik 

Labbaika laa syariika laka labbaik 
Labbaika laa syariika laka labbaik 

Innal hamda 
Innal hamda

Wan-ni'mata laka walmulk 
Wan-ni'mata laka walmulk 

 Laa syariikalak
 Laa syariikalak

Kami terus bertalbiyah dengan suara lantang dan penuh semangat

"Labbaik, Allhumma labbaik"

erus, terus dan terus, bersahut-sahutan. Makin lama suara makin parau.
Mata memerah berkaca kaca. Airmata keharuan tidak terbendung lagi, manakala hati dan pikiran menyatu, menyadari bahwa saat ini kami adalah tamu tamu Allah yang sedang dalam perjalanan memenuhi panggilan-Nya.
Lama kelamaaan, suara yang semula lantang mulai terbata bata diselingi isak tangis keharuan.

"Labbaik, Allhumma labbaik..."
aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah. aku datang memenuhi panggilan-Mu
aku datang memenuhi panggilan-Mu,
Sesungguhnya segala puji kenikmatan dan kerajaan adalah milik-Mu.
Aku datang memenuhi panggilan-Mu

***

Di Arafah udara sangat dingin.
menusuk dalam keadaan ihram.
Laki-laki hanya memakai dua helai kain ihram yang tidak dijahit.
Perempuan masih beruntung bisa tertutup dengan selimut kecuali muka dan kedua tangan dari pergelangan sampai ujung jari (kaffain)
Ujian yang harus ditempuh.
kami ber Ihram dari Mekkah.
Niat untuk  berhaji.
Berbaju putih tertutup.
kecuali muka dan telapak tangan
tidak bercadar dan bermasker
tidak memakai wangi-wangian
Kami berihram, mengharamkan kulit, rambut, membunuh, nikah dan bertengkar
Kami hamba-Mu yang kecil hanya mengharap ke redhoan-Mu Ya Allah.
Ya Allah jadikan kami Haji Mabrur.

Kami tiba di padang Arafah untuk wukuf di keesokan hari.

Warna putih mendominasi di Arafah karena berjuta juta jamaah berpakaian ihram putih.
Sebuah tenda sederhana berdiri dimana-mana dan seadanya.
Tiangnya dari kayu, kadang aku takut roboh karena bergoyang goyang terkena angin.
Tenda hanya dipasang sementara saat musim haji tiba saja.
Kukira padang Arafah itu panas, tandus gersang seperti cerita bapak ibuku yang berhaji dalam keaslian suasana gurun, sekarang sudah dihiasi warna hijau disana sini pepohonan.
Mungkin jamaah haji ditahun mendatang akan wukuf di  'Taman Arafah' yang hijau dan sejuk

Pada Musim ini,  beruntung air dan kamar mandi sangat lancar.

Kamar mandi telah dibangun dengan permanen, tidak sengsara seperti dulu.
Menurut cerita orangtuaku yang berhaji tahun 1990 dan 2000.
Air dan kamar mandi sangat sulit, jangankan mandi, wudhupun antri dengan sekendi air.
Mau buang air besar, hanya berdinding kain yang klosetnya hanya berupa lubang di pasir.
Kalau beruntung yang nongkrong pertama lumayan, tapi kalau sudah banyak buang hajad sehingga lubang sudah penuh. Ibuku sampai mau muntah. Itulah yg menyebabkan Mama tidak ikut tahun ini.

Tetapi ada cerita yang menarik di haji tahun 2006/2007 ini.

Sedari sore hingga malam sampai pagi  belum bertemu nasi.
Roti lagi,  roti lagi, jus kotak lagi,  jus kotak lagi.
Namanya perut Indonesia kalau belum bertemu nasi, namanya belum makan.
Kuakui daripada dikasih roti lebih baik dikasih mie instans.
Saat itu aku bersyukur kepada Allah.
Pada saat pagi hari, ada mukimin orang Madura yang memberiku air panas dan kerupuk,
Alhamdullilah  semua serasa dimudahkan baik di Masjid, di Bus , di Hotel hingga kini.
Di Tanah Air menurut berita kami di kabarkan kelaparan.

Di tanah suci rata rata jamaah terserang batuk karena berubahan udara,

Yang tidak batuk hanya tiang listrik dan rumah.
Kukira aku tidak terkena batuk, tetapi dekat-dekat wukuf malah batuk juga.
Astaagfirullaah al adzim,  takabur kali merasa hebat tidak batuk dibanding dengan yang lain.
Batuk yang sangat lengket dan gatal  sungguh tersiksa.

***
Jumat, 29 Desember 2006/9 Dzulhijjah 1427 H (Hari Arafah)


Wukuf di Arafah

Makna wukuf adalah berhenti, diam tanpa bergerak.

Makna istilah adalah berkumpul semua jamaah haji di padang Arafah, 9 Dzulhijjah.
Hari itu adalah puncaknya ibadah haji dan wukuf adalah sebesar besarnya rukun haji dan hanya ada satu kali dalam setahun pada musim haji.
" Al Haju 'Arafah "
Haji adalah (wukuf) di Arafah (H.R Bukhari dan Muslim)

Wukuf di padang Arafah bagi jamaah haji hanya diberikan kesempatan sejak tergelincir matahari tanggal 9 Dzulhijjah  sampai terbit  hari Nahar tanggal 10 Dzulhijjah.

Alhamdullilaah..saat itu bertepatan dengan haji Akbar.
Wukuf dilakukan setelah khutbah dan shalat jama' qasar taqdim Dhuhur dan Ashar berjamaah.
Wukuf kami laksanakan secara berjamaah dengan memperbanyak zikir, istighfar dan doa sesuai dengan sunnah Rasul

Saat itu aku merasa sebagai hamba yang kerdil dan kecil, di sini di padang Arafah kami hamba hamba-Mu berkumpul  yang datangnya dari berbagai penjuru dunia, berbeda beda bahasa dan warna kulit
Kami datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah dengan satu tujuan dilandasi persamaan.
Tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, antara yang besar dan kecil, antara pejabat dan rakyat.Tiada ada perbedaan bangsa, keturunan dan warna kulit.
Pada hakikatnya kaum Muslimin itu bersaudara, semua hanya mengunakan kain ihram .
Allah tidak membedakan manusia kecuali dari ketaqwaannya.
Arafah yang menjadi  sepenting penting syiar haji diambil dari kata ta'aruf yang artinya saling mengenal dan saling mengenal itu adakah menuju saling menolong, saling membantu diantara jamaah.

Disini di Arafah ini , aku bertafakur dan tadabbur,

bersama berbaju ihram melepas kebahagiaan dan kebanggaan keduniaan.
Merendahkan diri kepada Allah SWT dengan menyatakan  pengakuan dosa,
Ampuni Hamba dari segala dosa... Ya Allah.
Hamba merasa begitu dekat dengan-Mu
dan semua alur kehidupan dari kecil hingga dewasa kembali teringat tiba tiba,
Semua langkah yang telah  kulalui,  dosa yang kulakukan tergambar di Arafah ini.
bahkan kerinduan pada mamaku yang tidak ikut berhaji, tiba-tiba menyesakkan dada.
Ampuni segala dosa anakmu ini, ya duhai yang terkasih, mamaku
semua..semua menangis, sesak dada ini dan berurai airmata.
Semua simpul simpul memori diotak ini dibukakan bahkan yang sudah terlupakan,
saat ini hamba begitu tak berarti.
betapa kusadar, hidup bagai mencelupkan jari di samudera
Ya Allah... Ampuni segala dosaku.Ya Allah hamba begitu kecil di hadapan-Mu.

Saat ini, kepala pun menekur pasrah, tangan - tangan menengadah , mata terpejam khusu

Semua, semua , semua tanpa terkecuali, tak kuasa menahan air mata.
Tamu tamu Allah yang berpakaian ihram menangis terharu.
Insan insan yag memohon belas kasihan Yang Maha Pemurah
Manusia manusia memohon ampunan
namun, tangisan di Arafah terasa begitu nikmat,  sungguh...bersyujur diberikan kesempatan untuk berhaji.

Sebelum kami melanjutkan perjalanan Armina untuk mabit di Muzdalifah, bersama kami melaksanakan shalat berjamaah jama' taqdim  qasar Magrib dan Isya di Arafah

Peristiwa Mu'tamar besar ini akan berlanjut sampai di Mina  dan akan terus berlanjut setiap tahun hingga kiamat tiba.

Catatan kecil.

Setelah  wukuf selesai, di hari Jumat itu
video di handphone jamaah tersebar..
Telah dihukum gantung Saddam Husien. Presiden Irak.
Beliau berteriak  "Allaahhu Akbar!!!" seketika ditendang ketiang gantung.
Sewajarnya seseorang yang dihukum gantung lidahnya keluar,
Masya Allah, beliau seakan tersenyum dengan mulut terkatup.
Ya Allah, terimalah amal ibadahnya dan ditempatkan yang lapang di sisi-Mu.

*Kutulis ulang menjelang Idul Adha,10 Dzulhijjah 1434 H

Diambil dari Jurnal Hajiku, pengalaman spritual yang sangat menyentuh.
Padang Arafah bukti kehambaan kepada Allah. Melepaskan keduniaan, semua sama.
berdoa tanpa lindungan atap mewah, hanya tenda putih. 
Hari Arafah hari yang paling dicintai Allah hingga melihat hambanya menangis.mengakui kehambaannya.



Rombongan jamaah bersiap siap melaksanakan perjalanan Armina










EVERYTHING WILL PASSING



Membangun rumah tangga perlu bertahun-tahun untuk menjadi kuat.
Kesungguhkan hati,  kesabaran dan ketegaran dalam segala ujian yang datang.
Ujian dalam manis dan pahit kehidupan.
Ujian yang seharusnya menjadi lebih dewasa dan bijaksana.
Ujian yang semakin menegarkan keimanan.