Sunday, December 15, 2019

Bershadaqoh dengan Membeli Barang Dagangannya

"En, nanti kalo ibu sayur lewat, beli apa kek. Lombok apa aja. Nanti bilang, Mama bayar. Jangan lupa kasih minum."
Itulah pesan Mama sebelum pergi membeli kertas untuk Percetakan Nusantara milik kami di Palangka Raya.
.
Kejadian itu, waktu aku masih kecil. Mama selalu membeli dagangan tukang sayur. Bukan karena banyak uang, cuman: kasihan. Anggap saja shadaqoh.
Beberapa jam kemudian ibu sayur berpakaian kebaya singgah di rumah, sekedar istirahat minum.
Dan kami beli sedikit dagangannya.
Padahal semua orang tau, Mama usaha catering, sebelum subuh sudah belanja...tetap saja belanja di tukang sayur.
Begitu pula kalau ada Bi Pencok pasti mampir, kami serumah sorak sorak dibelikan pencok atau gado-gado ada cingurnya.
Bapak tak jauh beda sifatnya dengan Mama. Sama.
.
Mama selalu begitu, membeli tanpa menawar pada pedagang kecil.
Setiap pedagang lewat rumah di Cirebon. Pasti mampir di rumah bu Haji. Disuguhi minuman dan kue.
"Hoi...mampir." teriakan Mama.
Ada saja yang dibeli, jilbab anak-anak dibeli buat jilbab asisten rumah tangga.
.
"Sepinya teu aya bu Haji Hegar." ujar pedagang atau tetangga, sejak Mama meninggal 2 tahun lalu.
Teras yang biasanya rame, kini sepi, hanya tinggal cerita kenangan indah pada almarhum.
Sikap itulah yang diajarkan padaku.
Belilah sedikit, untuk berbagi.
Pagi ini Bi Inez penjual cungkring sudah menawarkan dagangannya.
Sebenarnya nggak perlu banget, juga lagi sesion ikat pinggang sing kencang.
Tapi...melihat wajah Bi Inez trus membatin: karunyaaa.
Cungkring pun dibeli 10 tusuk, sambil menangkat tampah dagangan, ia berlalu.
"Nuhun, Bu Haji. Doakeun dagangan cepet laris, mau hujan."
Duh! mendengar begitu, mana tega ya, nggak beli.
.
Kadang, kita nggak perlu beli tapi yaaaa beli aja deh.
Nggak tau, apa itu di anggap boros atau tidak.
Karena sikapku yang suka beli. Tukang sayur, Mang Ujang, suka menaruh kresek di pagar.
Ada dua pepaya dan pisang, yang terserah kapan aku bayar. Yee...bikin hutang aja.
"Buuuu, biarin ya, nanti dagangan mamang nggak laku. santai, kapan aja bayarnya."
Tetap aja besok aku bayar.
Kadang, pas aku lewat, si Mamang nyetop.
"Bu...yeuh sawi, bakung."
Belum aku jawab, "Ini, buat ibu, gratisss."
Barakallah ....rezeki.
Tak tukang sayur, termasuk tukang ikan, Tukang ayam.
Mudah sekali menaruh  dagangannya.
"Nanti aja bayarnyaaaa. Yang penting dagangan saya habis."
Yeeee...hutang deui Mang.
Lihat dompet.
Idih...narik nafas, tanggung bulan.

No comments:

Post a Comment