Monday, February 15, 2016

14 Februari, Bom Waktu Yang di Nanti

:: Bulan Merah Jambu
Sekian tahun, rumah tangga yang serasa kubangun sendiri.
Seribu badai, kutelan manis pahitnya kehidupan...Tetap bertahan.

Kubungkan mulut anakku.
Cukup, hanya kita yang tau.
Ku redam beribu gejolak.
Tetap pandai bermain peran.
Bersandiwara.
Lampu sorot 21 tahun .
Menjalan skenario Tuhan.
Menunggu takdir.

Entah berapa banyak, kau lontarkan makian kasar. Aku hanya bisa memandang kalender, sekian kali. Berkata, kapankan berakhir?

Biru lembam wajahku, sibuk mengurung diri.
Terkoyak luka hati, sekian banyak. Perselingkuhanmu.
Tak satupun kau akui.
Hanya kekerasan untuk menutupi dusta. Yang ada, kau tak 
pernah berubah.

Sabar.
Berjalan serasa sendiri.
Dalam doa-doa yang kulangkitkan.
Hingga aku sampai di depan Kabah.
Sendiri. akupun datang sendiri.
Hanya kuminta, wahai Illa Rob
Berilah satu keberanian.
Untuk bertahan
atau berhenti, mengakhiri semuanya.

Hidup adalah bom waktu.
Entah apa yang terjadi.
Lelah terus bertahan.
Beribu kata hardikan.
Ancaman, cerai...cerai.

Aku hanya diam, tak mengubris.
Kuharap kau berubah.
Berakhir indah. menua bersama.
Sekalipun, kulihat, kata sayangmu, yang tak pernah terucap untukku.
untuk wanita itu.
Sepuluh tahun, aku pura-pura tak tau. Hanya menghindar, agar kau tak memukuli aku.
Siapakah yang salah?

Selasa, 2012.
Di bulan merah jambu.
Seharusnya kau beri aku bunga.
Namun, seperti biasa.
Sekian kali sms mesra terbaca.
Wanita itu, meruntuhkan ketahananku.

Selasa, di bulan Februari.
Tanggal empat belas.
Biasanya aku hanya diam
Tiba-tiba keberanianku muncul.
Tantanganmu untuk bercerai.
Gertak sambalmu.
Cerai..cerai.
Kau ajak aku ke Pengadilan Agama.
Kau ancam, karena tau, pasti aku menolak tak ingin bercerai.

Namun, Selasa ini.
Aku mengambil kerudung, merapikan baju...Dengan tenang, aku iyakan. 
Kau...pucat pasi, tak menyangka.

Bom waktu, meletus sesuai hari.
Dan
Bulan selanjutnya, sebuah perjalanan panjang untuk memerdekakan diri.

Hidup cuman sekali.
Belum matipun, serasa di neraka.
Apakah salah, aku memilih sendiri.
Aku menggugatmu.

Di bulan merah jambu
Kulalui jalan panjang.
Mencari kebahagiaanku.

*Catatanku, untuk kuhapus dalam kenangku, kini dan nanti*
Bogor, 14 Februari 2016

10 comments:

  1. Bulan merah jambu yang ternoda oleh keruh resah :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak selamanya bulan merah jambu, menuai cinta yang indah

      Delete
  2. bulan merah jambu yg anti mainstream ya mbak, berpisah sekaligus membuka awal hidup yg baru dan lbh baik, amin..
    cakep mbak, suka suka suka :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sendiri, bukan berarti dunia berakhir.

      Delete
    2. Yup, sabar ada batasnya ya,Mba. Jika limit telah sampai, maka diam tak lagi emas, tapi bertindak pun jadi berlian. Keputusan harus diambil, karena hidup hanya sekali, sampai kapan harus bertahan.sungguh sebuah keputusan yang di luar digaannya, pastinya ya, Mba? :)

      Delete
    3. Sebuah keputusan yang menurut orang, kau tak sanggup bertahan dan bersabar. Namun memang harus diambil, hidup cuman sekali, utk meniti kebahagiaan dunia dan akhirat

      Delete
  3. Bulan merah jambu...
    itu....

    Eh ga bisa lanjutkan takut ga nyambung. Hihi... tetap semangat ya mba. Bom waktu itu akan bukakan jalan baru..:-)

    ReplyDelete
  4. Bom.waktu sedikit menakutkan...semangat mbak

    ReplyDelete