Perawakannya kecil, berkulit hitam terpanggang matahari.
Tubuhnya ringking dengan pikulan yang besar dan berat.
Pak tua itu, penjual pisang.
Aku merasa trenyuh melihatnya.
Spontan ia menunjuk sesisir pisang dengan jempolnya serta tersenyum dikatup rapat .
"Sabaraha atosna, Pak?" tanyaku ramah dengan bahasa sunda.
Dia tidak menjawab, hanya menunjukan jarinya ke mulut.
"Hah!! lima belas rebu," Pisang kecil dan jelek segitu mahalnya
"Sepuluh rebu nya," tawarku didasari kasihan, paling dipasar Rp. 7.000,- juga dapet...
Dia tetap mengeleng, tetap pada harganya.
Ku pikir ini orang pasti bisu, di ajak bicara malah nunjukin mulutnya.
aku tau artinya ; saya tidak bisa bicara. Dengan niat syadaqoh, akhirnya kubeli pisang itu dan melaju dengan motorku. Di rumah pun pisang itu tergeletak di meja makan, tidak ada yang berminat.
***
Seminggu kemudian.
Pak tua itu melahap soto Bogor dengan cepat. Lapar, batinku,
"Pak Toro, wis aku sing bayar bapak iku, sak'en," kataku dengan penjual Soto Bogor aslinya Pemalang, kebetulan aku akan membayar Soto Bogor yang kupesan.
"Ora iso ngompong yo, Pak Toro..bapak iku," si bapak malah balik memandangiku sambil tetap memotong daging sotonya.. "wis sepuh kok djek dodol pisang," ocehku dengan bahasa Jawa yang campur aduk lagi nggak halus.
"Opo, Bu? " Pak Toro balik nanya...
"Ora iso ngomong," jawabku.
"Wong iso ngomong kok... " malah si bapak terheran-heran..
Jadi! Pak tua itu bisa bicara, jadi! selama ini aku tertipu..
Kulihat dari kejauhan Pak tua itu ngobrol dengan penjual lotek,
aku merasa tertipu, tidak masalah berapa uang ku kasih dengan membeli pisangnya.
yang membuatku kesal dan iba, kenapa harus berpura-pura bisu?
trik dagang yang jitu...mengandalkan belas kasih pembeli, karena kasihan, enggak tega!
***
Aku bersebelahan dengan seorang bapak memegang sesisir pisang saat di ATM.
"Bapak beli pisang sama orang itu?"
Ia mengangguk.
"Bapak tau dia bisa bicara?" tanyaku lagi.
"Kan, dia bisu, Buu, " jawabnya
"Enggak bisu, kok! " tiba- tiba ibu yang di sebelahku menyahut cepat.
"Saya nggak suka cara bapak itu, pake berlagak bisu..saya kesel! " waduhh..malah ibu itu yang cerita.
ohh! itu jawab singkatan si bapak terpana.
Sebenarnya, bukan masalah uang yang dibayar untuk membeli sesisir pisang.
Tetapi ketidak jujuran bapak itu yang membuat aku kecewa, juga pembeli yang lain.
Dengan tidak berlagak bisu saja, aku sudah kasihan melihatnya.
Tua, hitam, ringking masih bekerja keras memikul pisang untuk keluarga.
Sejak saat itu, kenapa aku jadi malas, jika ditawari buah pisangnya.
Walau kasihan, tapi aku tidak suka caranya
Sungguh , manusia tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah.
Di beri suara, malah berpura-pura bisu, sedangkan yang bisu sangat ingin bicara.
Kasihan benar Pak Tua itu.. sungguh kasihan.
Hidup memang menghalalkan secara cara.
***
No comments:
Post a Comment