Suara yang sangat aku kenal, nyaring sekali, bagai pekik kemerdekaan.
"Wa alaikum salam. Itu kue jala singkong."
Bocah itu mengangguk mantap.
Ibrahim, punya bisnisnya macam-macam, selain jualan layangan, juga bisnis jasa kurir makanan, atau apa saja...Bisnis man. (Baca juga Ibrahim)
Aku menyerahkan uang sepuluh ribu untuk enam buah jala singkong. Kulebihkan dua ribu rupiah untuk bocah tampan ini.
Pasti tangkas ia menolak: nggak usah bu Een.
"Untuk jajan. Ambil," paksaku
"Terima kasih, bu Een." Ia tersenyum lebar, memperlihatkan gigi depan yang panjang sebelah.
Jala Singkong, ku pikir ini donat dengan kearipan lokal Indonesia di masa lampau ya.
Bentuknya bulat bolong di tengah mirip donat, terbuat dari singkong parut dan sedikit garam. Kemudian adonan digoreng.
Fungsi bolong di tengah ini, agar hasil gorengan matang merata.
Kue jala singkong dibalur dengan karamel gula merah.
Jadi, perpaduan donat dan kue ali agrem(cincin)
Ibrahim |
Sore yang cuacanya tak jelas, mendung tak berarti hujan, yaaa begini. Nanggung.
Kue Jala Singkong, saya nikmati sendirian dengan air teh tawar.
Apa karena aku tetangga dengan penjual Jala Singkong, diberi bonus karamel gulmer yang sangattt banyak. Manisss sekali...
Padahal kan kan kan, aku sudah manis, bertambah manislah...
Aih!
No comments:
Post a Comment