Aku berdiri di depan pintu rumah.
Tiba setelah tiga jam naik kereta.
Aku berdiri di samping Mamaku.
Lelah, tapi bahagia.
Tiba setelah tiga jam naik kereta.
Aku berdiri di samping Mamaku.
Lelah, tapi bahagia.
Didepan pintu aku memanggilnya.
"Megumi..."
Kucing jantan itu memandang sejenak.
Diam, ke kiri, ada aku, kekanan mamaku.
Megumi, kucing kesayangan mamaku.
Setia menemani, kala Mama sendiri.
Selalu tidur di kamar.
"Megumi..."
Kucing jantan itu memandang sejenak.
Diam, ke kiri, ada aku, kekanan mamaku.
Megumi, kucing kesayangan mamaku.
Setia menemani, kala Mama sendiri.
Selalu tidur di kamar.
Apa saja yang terjadi dengan Megumi,
Mama menelpon, Cirebon ke Bogor.
"Megumi, gatal-gatal, apa obatnya?" telepon Mama, sehari sebelum aku pulang kampung.
Kini...di depan pintu.
"Megumi," panggilku lagi.
"Megumi..." panggil Mamaku.
"Megumi," panggilku lagi.
"Megumi..." panggil Mamaku.
Kucing jantan usia 11 bulan, mengeong dan berlari riang.
Ia mendekatiku, berputar.
Ternyata, Megumi memilihku.
Mama hanya tersenyum.
Ia mendekatiku, berputar.
Ternyata, Megumi memilihku.
Mama hanya tersenyum.
MasyaAllah, seekor kucing pun tau, mana yang dirindukan. Mana yang menyayanginya.
Ternyata Megumi, ingat aku, padahal terakhir aku pulang ke kampung empat bulan yang lalu. Megumi punya rindu yang sama denganku.
Ternyata Megumi, ingat aku, padahal terakhir aku pulang ke kampung empat bulan yang lalu. Megumi punya rindu yang sama denganku.
Aku mengendongnya, ia tampak senang.
Biasanya, Megumi selalu dekat dengan Mama. Tapi kalau aku datang, ia selalu bersamaku.
Biasanya, Megumi selalu dekat dengan Mama. Tapi kalau aku datang, ia selalu bersamaku.
Megumi, kucing kecil, yang kutemukan di tumpukan abu bekas pembakaran di tungku rumah Uwaku.
Tubuhnya tertutup abu, sendirian dan mengendap endap...
Kepalanya timbul separuh, mengintipku.
Saat itu, aku terenyuh.
Duhai...tiada teman, tiada makanan.
Usia belum genap dua bulan.
Sedikit liar, tapi menyerah dalam dekapanku. Ialah, Megumi.
Yang terberkati, kucing kesayangan Mama, sejak Bapak meninggal.
Tubuhnya tertutup abu, sendirian dan mengendap endap...
Kepalanya timbul separuh, mengintipku.
Saat itu, aku terenyuh.
Duhai...tiada teman, tiada makanan.
Usia belum genap dua bulan.
Sedikit liar, tapi menyerah dalam dekapanku. Ialah, Megumi.
Yang terberkati, kucing kesayangan Mama, sejak Bapak meninggal.
Kini, Megumi tidur di sisiku.
Sekali kali, ia mengeong di depan pintu kamar Mama, untuk masuk dan bermain.
Selanjutnya, Megumi menemaniku.
Sekali kali, ia mengeong di depan pintu kamar Mama, untuk masuk dan bermain.
Selanjutnya, Megumi menemaniku.
Kucing, mahluk yang punya perasaan.
Sayangilah, maka ia akan membalas dengan keriangannya.
Alangkah sedihnya, berita yang kubaca.
Kucing dibantai dan ternyata jadi bahan makanan manusia. (sumber berita : www.MERDEKA.com)
Apakah dunia, sudah kehabisan bahan pangan sumber hewani?
Kucing sudah menjadi komoditi.
Apakah karena kucing, mudah berkembang biak dan murah harganya.
Entahlah...Foto yang kulihat begitu sadis. lihat foto...http://mdk.to/AP10_Yud
Sayangilah, maka ia akan membalas dengan keriangannya.
Alangkah sedihnya, berita yang kubaca.
Kucing dibantai dan ternyata jadi bahan makanan manusia. (sumber berita : www.MERDEKA.com)
Apakah dunia, sudah kehabisan bahan pangan sumber hewani?
Kucing sudah menjadi komoditi.
Apakah karena kucing, mudah berkembang biak dan murah harganya.
Entahlah...Foto yang kulihat begitu sadis. lihat foto...http://mdk.to/AP10_Yud
Sebagai Hamba Allah, makanlah, makanan yang di halalkan, yaitu makanan yang baik-baik (Al Maidah ayat 4)
Makanan yang baik-baik, yaitu semua jenis makanan yang menimbulkan selera untuk memakannya dan tidak ada nas yang mengharamkan memakannya.
Makanan yang baik-baik, yaitu semua jenis makanan yang menimbulkan selera untuk memakannya dan tidak ada nas yang mengharamkan memakannya.
Adapun, yang sudah ada ketentuan haramnya, maka harus dipatuhi ketentuan itu, seperti sabda Rasulullah saw:
"Rasulullah saw melarang memakan setiap binatang yang bertaring dari binatang buas dan setiap yang berkuku tajam dari unggas"
[H.R. Ahmad, Muslim dan Ashabussunan]
"Rasulullah saw melarang memakan setiap binatang yang bertaring dari binatang buas dan setiap yang berkuku tajam dari unggas"
[H.R. Ahmad, Muslim dan Ashabussunan]
Memandang Megumi, yang tertidur nyenyak di sampingku.
Alangkah sedih, jika kucing menjadi mangsa pencinta makanan extrim.
Semoga, kucing tak menjadi korban keganasan manusia.
Alangkah sedih, jika kucing menjadi mangsa pencinta makanan extrim.
Semoga, kucing tak menjadi korban keganasan manusia.
Belai sayang untuk Megumi,
dan untuk semua kucing.
khususnya yang bebas di alam liar.
dan untuk semua kucing.
khususnya yang bebas di alam liar.
Postingan ditulis dengan HP Android, tidak bisa menampilkan link.
Semoga bermanfaat.
Poto yang paling bawah serem amat mba :'(
ReplyDeleteMegumi mengingatkanku pada Rocky mba, kucing kampung yang kupelihara saat SMA. Tiap pagi sebelum adzan subuh dia selalu mengeong di depan kamarku. Tapi belum genap 2 tahub udah dibuang sama ayah gara2 buang hajat sembarangan T_______T
Huwaaa *nangis cenger*
Setiap kucing punya kenangan, ya...*jangan menangis lagi.
DeleteMegumi buang hajad di wc, saya ajarin.
Setiap kucing punya kenangan, ya...*jangan menangis lagi.
DeleteMegumi buang hajad di wc, saya ajarin.
Setiap kucing punya kenangan, ya...*jangan menangis lagi.
DeleteMegumi buang hajad di wc, saya ajarin.