"Han...Han," suara yang lembut memanggilku.
Tampaklah seraut wajah yang harus kucerna terlebih dahulu.
Waktu yang lama membuatku melupakan wajahnya. Hanya senyum lebar serta suara lembutnya yang tidak berubah. Kecuali dua hal itu, semua yang ada padanya, berubah!
Badan yang besar tiba-tiba spontan memeluk Hanum. Oh! dia...Handoko.
Dulu di masa kecil, ada gudang kosong di perumahan kami. Di atasnya ada loteng dengan dinding yang luas. Aku dan teman-teman di kompleks suka bermain di tempat itu. Masing-masing memberi sekat lahan dari kayu sebagai wilayah rumah pasangan bermain. Kami bermain jual-jualan layaknya orang dewasa di pasar. Khayalan tingkat tinggi, pasangan suami istri dalam benak kanak-kanak.
"Aku jadi Ny. Handoko. Di sini rumah kami ."
Jadilah Hanum berpasangan dengan Handoko..entah mengapa Handoko selalu lebih cocok dengan Hanum, teman lain memanggil pasangannya mainnya dengan mama papa, ibu bapak. Hanya Handoko dan Hanum saling memanggil 'Han' bahkan dalam keseharian. Berbeda dengan teman lain memanggilku Hanum bukan 'Han', sedangkan Handoko dipanggil Koko bukan 'Han'
Jika saat pulang sekolah dasar atau di waktu libur, mereka seharian bermain peran.
Naik sepeda bergoncengan, memetik buah pinus bersama. Handoko kecil menyematkan bunga gardena putih di rambut Hanum yang ikal bergelombang.
Pandangan yang dalam Handoko serta tawa lebar itu selalu diingat Hanum.
" Ayo dong, Han. Dulu awakmu lha cium aku terus. Ingetttt...dipipi. Sekarang disiniiiiiii, " Handoko menunjuk bibirnya sambil memejamkan matanya.
"Ihh...Nakal!" Hanum memukul bahu Handoko gemas.
Handoko tertawa terbahak. Dia suka menggoda Hanum. Puas rasanya wajah Hanum yang memerah menahan malu.
Tiga puluh tahun berlalu.Sekarang mereka sudah dewasa dan matang di usianya. membawa mereka kembali. Pertemuan yang tidak disengaja membawa kembali kenangan mereka berdua ketika menjadi Tuan dan Nyonya Handoko.
Kehidupan melupakan untuk saling mencari, tapi kenangan menjadi pasangan suami istri semasa kecil dulu membekas di benak Hanum dan Handoko.
Handoko laki-laki Jawa yang sangat lembut tutur katanya, selalu melindungi Hanum.
Hanum ingat, gengaman hangat Handoko saat berdua menyelusuri pematang sawah mencari keong atau bunga melati dipagar rumah Handoko kemudian dironce. Bocah kecil itu mengalungkan sambil mencium Hanum " Kamukan istriku, nanti jadi Ny. Handoko, ya. "
***
Kenyataannya mereka punya pacar masing masing. Handoko tidak berubah sampai mereka berpisah saat kelas satu Sekolah Menegah Atas. Mereka hilang ditelan rimba kehidupan. Waktu mempertemukannya kembali. Handoko tidak kurus tinggi langsing tapi berbadan besar. Hanum tidak pula kurus hitem tapi wanita dewasa yang manis.
"Masih kan jadi istriku, Ny Handoko, "goda Handoko.
Hanum tersenyum.. "itukan duluu, masih kecil".
"Yuk! kita lanjutkan yang belum dituntaskan " Handoko mengengam tangan Hanum.
"Lanjutkan apa?"
"Dulu, kan! belum sempat main di kasur, jadi bapak ibu beneran...Yuk, sekarangggg! "
Hanum mencubit Handoko, "Otak kok puornooo..."
"Welehhhh, sapa tau bener-bener jadi istriku. Mau ya, Han..Mau yaaaa?"
Permintaan yang terasa aneh.
"Aku akan tetap menunggumu, Han..." bisik Handoko, "beri aku satu kecupan akan kusimpan didalam benak dan hatiku, Han...Ny. Handoko ," ia menyodorkan pipinya.
Hanum mencium kawan kecilnya dulu, pasangan main menjadi Ny. Handoko.
"Aku sangat mencintaimu tapi terlalu malu untuk berterus terang, Han. Dulu kamu selalu menganggap aku sahabatmu,Jadilah aku susah melewati batas itu.Terus terang , aku mencintaimu..selalu. Aku selalu menunggumu. Aku pikir suatu hari nanti kita akan bertemu, pasti. Makanya, maaf... aku tidak mencarimu..." Handoko menatap Hanum sambil tersenyum.
Waktu telah mempertemukan mereka kembali dalam kenangan masa kecil dulu.
"Telpon aku, ya..." pinta Handoko. Lelaki yang kini menjadi duda beranak tiga.
Hanum menatap heran, ia tau sedari kecil laki-laki itu selalu melihat di kedalam mata Hanum.
Memandang Hanum lamaa jika Hanum sedang bersedih.
Apakah ia tau, didalam mataku saat ini, mbatin Hanum.
***
Hanum menunggu proses perceraian di Pengadilan klas I
Mengapa di saat hati Hanum hancur karena cintanya pergi.
Cinta kecil itu kembali menghampirinya. Mengapa disaat hatinya yang hampa.
Handoko tidak penah tau apa yang terjadi dalam hidup Hanum.
Tapi kata-kata Handoko saat bertemu itu membuat Hanum sadar.
Cinta kecil dulu tidak pernah mati.
Entahlah... Apakah Tuhan benar-benar menjadikan Hanum sebagai Ny Handoko.
Hidup penuh misteri.
Hidup adalah Takdir,
Jalani saja kemana hidup membawamu pergi.
Little Love
Bogor, 18 Desember 2013.
No comments:
Post a Comment