Saban hari latihan taekwondo, disuruh menari malah memilih adu jotos. Tidak ada rasa gentar jika bertanding, sekalipun pulang kaki memar-memar.
Rambut cepak, celana panjang dan kaos hitam gaya kesehariannya, jilbab hanya dipakai saat pergi ke sekolah saja.
Setiap aku memberikan baju berwarna pink, "Aaahhhh feminim sekali."
Aduh...anakku yang satu-satunya, tomboi bukan main.
Selalu merasa jagoan, maklumlah juara se-Jagodetabek taekwondo klas 54 kg.
Sebagai mama, kerjaku mengantar latihan dan bertanding.
Dalam doaku, kubermohon ; kapan dia menjadi gadis sedikit girly.
Taekwondo mengantarnya masuk Sekolah Menengah Atas melalui jalur prestasi.Sejak sekolah dasar kelas 2 sampai masuk sekolah menengah atas, taekwondo kegiatan utamanya. Lama-lama ternyata ia menjadi bosan dan beralih kegiatan lain, main gitar bass dan olah raga hooky.
Sekian lama akhirnya, sesuatu yang kutunggu.
Kapan ia memanjangkan rambutnya dan mau memakai baju berwarna pink dan merah seperti para gadis umumnya.
Saat yang ditunggu adalah gadisku mulai jatuh cinta.
Hmmm...semua membawa perubahan dalam sikap dan cara berpakaian,
Mulailah ia mengurangi prilaku tomboinya.
tetapi ada yang tidak berubah...oh gadisku .
tetap saja malas berdandan, berpakaian seadanya dengan tubuh besarnya.
"Jadilah diri sendiri dan apa adanya"
selalu itu jawabannya setiap aku memintanya berdandan.
Ya sudahlah, Nak.
Selama masih di jalur yang benar, sesuai norma agama.
Mama selalu mendukungmu
Kau, tetap jagoan yang selalu melindungi Mama.
Kini gadisku semakin manis dengan rambut panjangnya.
***
Bogor, Agustus 2007.
No comments:
Post a Comment