Sinar lampu temaran dan standing applause hadirin mengakhiri puisi monolog, sekaligus peluncuran buku puisiku. Dari atas pentas, aku melihat sepasang mata lembut bersinar tajam.
Ia memandangku. Aku berpikir, apa dia kagum dengan monologku atau sebuah pancaran aneh?
Menganggu konsentrasiku saja. Jelas aku ingat, itu wajah yang kukenal dari sebuah foto.
Oh...Yaaaa wanita itu.
***
"Untuk siapa, mbak?"
Wanita itu menyebut sebuah nama, aku melihatnya dengan ramah. Benar wanita ini.
Cantik juga, makiku dalam hati.
Ia hanya diam terpaku di depan sampai aku menyelesaikan tanda tanganku.
Tidak ada pertanyaan, pujian atau komentar atau yaaa sekedar basa basi. Bibirnya terkatup rapat sedikit ada senyum disana...Dia hanya memandangku dengan seksama.
"Terima kasih," kilahnya ringan dan berlalu, padahal aku mau bicara dengannya.
Padahal, banyak hal yang ingin kusampaikan padanya.
Wanita yang kukenal lewat sosial media.
'Salam persahabatan' ; pesan inbox darinya saat aku terima pertemanan.
Akupun menjelajahi profilnya untuk mengetahui siapa dia.
Setiap status di beranda kubuat, wanita itu selalu memberi komentar atau pertanyaan nyeleneh yang jauh dari tema statusku.
Apakah itu alasanku, tidak suka dengannya? Entahlah, enggak suka aja, enggak jelas 'kenapa'.
Sebaliknya aku selalu antusias memberi komentar teman yang lain, sementara dengan diiiaaaa, hanya kata yang irit, paling juga 'like' kupikir dia terlalu pintar, kalo koment panjang sekali...
Kenapa aku benci? alasan apa ? Tidakkkk tauuu, sebel aja!
Aku juga jarang memberi komentar atau like pada status di berandanya.
Lama-lama mungkin ia menyadarinya, sebuah pesan masuk darinya.
Apakah karena saya bukan termasuk komunitas anda.
Saya sadar tidak enak berteman dengan anda. Terima kasih sudah mengenal anda.
Gllekkkk !!! jantungku antara tersinggung dan terperanggah, ia selalu menyebut diriku anda..tidak seperti yang lain. Baru aku sadar atas sikapku...betapa aku meremehkannya.
Aku merasa setiap wanita terpesona denganku, duda keren beranak satu. Aku mengira ia tergila gila denganku, cari perhatian dengan banyak komentar...biasanya kan begitu, awalnya like, terus komentar trus inbox terus jatuh cinta. Aku sangat berpengalaman dalam hal itu.
***
Hampir sebulan tidak kulihat like atau komentarnya, baru aku sadar dia menghapus pertemanan denganku. Akhir-akhir ini, mengapa aku sering mencuri di berandanya.Apa aku kangen dengannya? Aku tak punya keberanian untuk menyapanya. Aku tau dia marah denganku, terus terang dia menjadi sumber inspirasi dalam puisiku.
Cinta, benci, dan rindu begitu mengalir di kepalaku dan jadilah buku ini.
Aku ingin mengatakan padanya, 'kamu sumber inspirasiku'
Ingin aku meminta maaf atas kesombonganku.
Aku ingin mengatakan, aku kangen padanya. I miss you...swear.
Semua tak sempat kunyatakan...Bidadari cantik itu berlalu tanpa menoleh kepadaku.
Diam hanya sesal dan kecewa yang menyesakkan dadaku.
Inilah buah kesombonganku. Pura-pura tidak mau.
Aku benci tapi kangen,
cilakaaa sekaliiii.
Huh!!!
***
Dengar, my beloved.
Jangan terlalu cinta nanti berubah menjadi benci,
Jangan terlalu benci nanti berubah menjadi cinta
cinta dan benci setipis sutra.
Bersikaplah sederhana dalam cinta dan
jangan berlebihan dalam membenci..
Serahkan hati kepada Allah Ta'alla
karena Dialah yang mengatur hati manusia.
Bogor, dipenghujung tahun
12 Desember 2013.
No comments:
Post a Comment