"Suka sekali aku dengan perempuan berkaki jenjang, sepatu high heels bertali-tali..."
.
Sebuah percakapan di kala sore, Jamilah menyimpan kata-kata di lubuk hati terdalam.
"Aah..itu cuman fantasi." Sambungnya, seakan tau isi kepala Jamilah.
"Pantas, akang suka sekali penampilan dadong, kakinya jenjang, pakaiannya berleher rendah hingga belahan payudaranya sangat tampak. Sekalipun wajahnya mulai tua."
balas Jamilah.
Yaa....wanita tua itu sangat modis, suka berpesta, bahasanya bercampur Indonesia dan Inggris, sosialita di kalangannya...sebentar-bentar berkata" iyaaa Sayang"
.
Sebuah percakapan di kala sore, Jamilah menyimpan kata-kata di lubuk hati terdalam.
"Aah..itu cuman fantasi." Sambungnya, seakan tau isi kepala Jamilah.
"Pantas, akang suka sekali penampilan dadong, kakinya jenjang, pakaiannya berleher rendah hingga belahan payudaranya sangat tampak. Sekalipun wajahnya mulai tua."
balas Jamilah.
Yaa....wanita tua itu sangat modis, suka berpesta, bahasanya bercampur Indonesia dan Inggris, sosialita di kalangannya...sebentar-bentar berkata" iyaaa Sayang"
"Aaah...kamu selalu cemburu."
Keduanya hening. Diam dalam pikiran yang berputar-putar.
Keduanya hening. Diam dalam pikiran yang berputar-putar.
Sepatu semi casual menutup seluruh seluruh telapak kakinya, khusus tumitnya.
.
Tumit Jamilah tak tahan lantai, langsung pecah-pecah, seperti orang yang baru nandur pare di sawah. Kering, keras dan pecah.
Kata orang sunda, rorombeuhan. Suatu yang mengurangi nilai kecantikkan wanita. Makaaa...tak heran, Jamilah lebih suka memakai sepatu tertutup.
.
Sewaktu muda, Jamilah juga pernag langsing, sangatanis wajahnya. Tak jauh berbeda dengan gadia muda lainnyq, Jamilah pun suka memakai high heel, kakinya masih kuat untul bergaya.
Sekarang, semenjak usia 40 tahun, Jamilah memilih sepatu semi sport yang berflat datar.
Bagi Jamilah, harga kakinya lebih mahalmdari sekedar bergaya...eh, jangan salah, Jamilah pun memilih sepatu yang nyaman di kaki, agar sedikit diharhai sang laki, Jamilah memilih sepatu bermerk.
.
"Sudah..sudah...jangan banyak pikiran, itukan hanya fantasiku, sayang.Jangan dipikirkan," rayu suaminya.
Jamilah tetap tak berkemih.
.
Mungkin saja dia tergiling foot fetish, sapa tau.
Lagi-lagi Jamilah memandang tumitnya, aaah...semestinya dulu waktu pacaran, tumit kaki ini harus ditunjukkan, agar ekspektasinya jadi kenyataan.
Kenapa juga ya, baru sekarang dibicarakan.
Jamilah tetap tak berkemih.
.
Mungkin saja dia tergiling foot fetish, sapa tau.
Lagi-lagi Jamilah memandang tumitnya, aaah...semestinya dulu waktu pacaran, tumit kaki ini harus ditunjukkan, agar ekspektasinya jadi kenyataan.
Kenapa juga ya, baru sekarang dibicarakan.
Jamilah semakin kikuk.
No comments:
Post a Comment