Mang Samin dari desa Bobos mengantar beras langsung ke rumah, sesuai pesanan ibu. Mang Samin dikenal Samin Pare, dia meneruskan usaha bapaknya, tukang kulakan pare.
Keluarga kami mengenalnya dengan baik, pria ceking itu duduk di teras sambil bercerita pengalaman hidupnya, jatuh bangun usaha, dan ikhtiar memperoleh keturunan. Hal yang paling menyedihkan dalam hidupnya, semua anak meninggal sewaktu bayi, itupun bertahan sampai usia bayi satu bulan.
Perjalanan panjang syariat mencari buah hati dilakukannya, yang utama meminta kepada Allah dan doa orangtua, syariat yang tidak mesimpang dari ajaran agama.
Mendengar cerita Mang Samin, sebenarnya, percaya dan tidak percaya. Seperti cerita di tulisan majalah mistik, ternyata cerita itu ada, bukan sekedar cerita fiksi.
Selepas Sekolah Menengah Pertanian Atas tahun 1987, Samin muda jatuh cinta pada Warsiah dari Desa Ciliwotan. Tak mengenal perempuan, jejaka Samin nekad menikahi janda anak tiga. Niatnya menghidupi anak yatim.
Perjalanan waktu, buah hati lahir 4 orang (ada yang kembar). Sayang, setiap usia sebulan, saat bayi digendong olehnya, bayi langsung membiru dan kejang. Beberapa detik langsung meninggal. Ada yang sempat dibawa ke rumah sakit, akhirnya tak bertahan juga.
Mendengar itu, saya tak percaya. Mang Samin menegaskan, ini benar tidak bohong. Dengan menyebut nama Allah, setiap bayi digendong langsung gosong, itu istilahnya.
"Lihat aja, Bu, di Balong Seba, makam anak saya berjejer, kecil-kecil." Lanjutnya.
Balong Seba, tempat memakaman umum di desa Cikalahang.
Dari istri pertama, Mang Samin mendapat 4 anak yang semua meninggal, selanjutnya, ia meminta ijin untuk menikah lagi dengan perawan, sapa tahu bisa mendapat anak dan sehat.
Mang Samin bercerai, setelah 15 tahun menikah dan anak tirinya tamat SMA semua dia yang membiayai.
Seiring waktu, usaha Mang Samin mengalami kemunduran, jatuh bangun usaha.
Hatinya bahagia setelah bisa meminang perawan dari Bala Gedok. Sayang, 4 anaknya dari istri ke dua ini, lahir bernasib sama, membiru dan kejang. Mang Samin mulai sadar, selama ini yang salah adalah dalam dirinya, buktinya anaknya bernasib sama.
Atas saran ipar, Mang Samin bersyariat untuk tetap mencari keturunan. Beriktiar meminta kepada Allah.
Enam tahun lalu, dia datang ke desa: Raja desa Kabupaten Ciamis.
Dari Cigasong, Majalengka, ia naik angkutan umum turun ke Hayawang, samapi pengkolan kiri, lanjut naik mobil elp menuju Raja desa. Bisa juga naik ojek dari Hayawang ke Raja Desa, Ciamis, sebut saja nama Kyai Omay Ojong, semua orang sudah kenal tempatnya.
Di tempat Kyai Omay Ojong, Mang Samin diberi dua ayat Al Quran yang harus dihapalkan, bagi yang tak bisa baca Al Quran diberi bacaan dengan huruf latin. Dalam dua hari harus hapal setelah itu ia di mandikan Kyai.
Sampai rumah, Mang Samin menjalan 7 hari puasa, sholat fardu tepat waktu, sholat tahajud dilanjutkan sholat sunnah hajad.
Pada suatu malam, setelah sholat hajad, entah mengapa Mang Samin ingin buang air kecil.
Alangkah kaget, dari alat kemaluan menetes mani, beberapa menit kemudian berubah jadi ular seukuran telunjuk berwarna warni, bagus sekali. Antara takjud dan ketakutan, Mang Samin hanya terdiam, membiarkan ular lari dan menempel di dinding dengan posisi tegak lurus...secara logika, mana ada ular bisa tegak begitu di dinding
Jangan dimatikan, biarkan saja, itu pesan Kyai.
Yakinlah, diciptakan Allah makhluk, manusia dan jin. Seperti manusia, jin itu ada yang baik dan jahat.
Menurut Kyai, ular itu adalah jin jahat, anak buah Nyai Loro Kidul.
Lantas saya bertanya, apakah mamang pernah melakukan kesalahan seperti di laut atau hutan hingga dimasuki jin tersebut.
Dengan tegas, Mamang mengatakan tidak pernah melakukan apa-apa. Sampai sakit hatinya dikatakan nyupang oleh masyarakat karena anaknya mati terus. Sambil menyebut nama Allah, dia tidak tau, mengapa bisa begitu.
Mamang pernah curhat perihal yang dia rasakan dengan Uwa saya Almarhum Hj. Jamilah yang kebetulan anaknya terus meninggal. Jawaban Uwa, semua dikembalikan kepada Allah.
Sejak kejadian itu, alhamdulillah, istrunya kembali melahirkan anak, ada keraguan saat mengendong bayinya. Alhamdulillah, bayi tidur nyenyak tidak membiru seperti anak anak terdahulu. Dua anaknya lahir sehat, tak heran di usia 49 tahun, anak Mamang baru berusia 5 dan 3 tahun.
Dalam usahapun, Mamang melakoni dengan sabar. Jatuh bangun, bangkrut sampai rokok sebatangpun minta ke orang, sangking tak punya.
Mang Samin tetap berikhtiar, bukan beribadah saja, tapi harus diiukuti dengan kerja keras.
Hal yang wajib dilakukan, meminta ampun pada Allah, meminta ampun pada orang tua, siapa tau tingkah laku serta tutur kata yang menyakitkan.
Dengan kata yang berapi-api, Mang Samin berkata: Doa paling mujarab di dunia ini adalah doa seorang orang ibu. Ridho Allah terletak pada ridho kedua orang tua. Itulah mengapa mang Samin menghormati ibunya.
Sejak keluar ular itu, kehidupan Samin mulai membaik, bisa punya anak, usaha beras maju, bahkan bisa membeli rumah dan mobil. Selasa ini, mulai. Membangunan pabrik pengilingan pagi.
Mang Samin bercerita, semoga bisa memberi jalan baginyang ingin berketurunan. Semua kembali kepada Allah, Kyai Omai Ojomg hanya sebagai syariat atau obor. Dan cara yang dilakukn juga menurut ajaran yang benar.
"Mang, sabaraha maharna?"
Seikhlasnya, Mamang dulu 200 rebu, kalo berhasil, apa salahnya kita kembali memberikan tanda terima.kasih, hingga sekarang, Mamang masih kesana, setahun dua kali, ya seperti bapak sendiri.
Cerita ini berdasarkan pengalaman pribadi Mang Samin...
"Mang engke cerita deuinya" minta saya, saat Mamang pamit pulang.
Cikalahang di pagi hari.Sabtu.
Mang Samin, Bos Beas.
No comments:
Post a Comment