"Liebe..."
Yun menarik nafas, pesan pendek dari Mul. Dua puluh empat jam, sengaja Yun tak menyapanya. Apa Lelaki itu ingat dengan dirinya, kangen atau apa kek.
Sekali-kali, Yun mendiamkan. Walau, jujur, gemuruh di hati, rasanya mau meledak.
Beberapa menit kemudian.
"Kok cuman dibaca, enggak di balas? Ada apa?...Liebe."
Pesan singkat, masuk kembali.
Yun, tersenyum membacanya. Sengaja, ia membiarkan, tak ia jawab. Ternyata, Lelaki itupun gelisah.
"Leibe, aku cape di jalan. Ini di gunung. Daerah Perancis Barat. Enggak ada signal."
Yun tetap tak menjawab.
Tiba-tiba, telepon mendering. Kringg!
Yun menjawab pelan. Terdengar di ujung telepon, suara besar dan mengema.
Mul mulai menjelaskan, berbagai alasan, mengapa tak memberi kabar.
"Akang, kenapa enggak pernah bilang, I love you," tanya Yun. Nggak romantis blas.Yun menjawab pelan. Terdengar di ujung telepon, suara besar dan mengema.
Mul mulai menjelaskan, berbagai alasan, mengapa tak memberi kabar.
Hahahaha
Hah! Kaget Yun, mendengar tawa nyaring tak henti di ujung telepon, jauh di benua Barat.
"Liebe, kita bukan ABG kan..." tanya Mul.
Yun diam dan hening.
" Liebe, aku cari teman, yang bisa berbagi," jelas Mul.
" Oh...cuman teman bukan istri. yaa sudah.." Belum Yun menyelesai kalimat itu. Mul segera memotong dengan cepat.
" Oh...cuman teman bukan istri. yaa sudah.." Belum Yun menyelesai kalimat itu. Mul segera memotong dengan cepat.
" Leibe, maksudku..."
"Aku nggak ngerti. Bye..hiduplah sesukamu, sendirilah seperti yang kau mau," potong Yun
"Dengarkan dulu baik baik,Leibe. Teman maksudku patner, lebih luas dari istri. Saatnya nanti, kau jadi istriku. Istriku kusebut soulmateku. Dan kau adalah patnerku, melebihi segalanya. Kau segalanya bagiku..."
Hening.
Diam
berpikir mengurai kata.
Diam
berpikir mengurai kata.
"Leibe, Kata I love you, pada akhirnya tak memiliki arti. Aku akan memilih kata, You are my life. You are my patner. Mengertilah. Aku sekalu mengingatmu, aku selalu ada untukmu."
Yun hanya diam mencerna.
"I don't care. Akang suka atau tidak. I like to say, I love you."
Lelaki tak romantis itu tertawa.
"Cinta tak selalu dikatakan, tapi dirasakan dan dijalankan. Walau jarak kita jauh, hatimu selalu tersimpan dan dekat dihatiku. I love you too."
Kita memang bukan anak remaja, tapi tak salahkan, sedikit romantis.
"Liebe, di sini banyak bunga Rose. Sebentar ya, aku potret, nanti ku kirim untukmu."
Yun hanya diam mencerna.
"I don't care. Akang suka atau tidak. I like to say, I love you."
Lelaki tak romantis itu tertawa.
"Cinta tak selalu dikatakan, tapi dirasakan dan dijalankan. Walau jarak kita jauh, hatimu selalu tersimpan dan dekat dihatiku. I love you too."
Kita memang bukan anak remaja, tapi tak salahkan, sedikit romantis.
"Liebe, di sini banyak bunga Rose. Sebentar ya, aku potret, nanti ku kirim untukmu."
Beberapa menit kemudian.
Sebuah gambar bunga mawar masuk di pesab singkat...Mawar untukmu.
Sebuah gambar bunga mawar masuk di pesab singkat...Mawar untukmu.
Rosen für Sie
Yun tersenyum. Selalu banyak cara untuk meredakan amarah. Selalu punya cara menghindar cemburu yang meraja.
Selalu banyak cara, untuk selalu mencintai. Sekalipun, jarak begitu jauh di antara mereka. Bagi Yun, kau lelaki baik yang selalu di rindu.
Selalu banyak cara, untuk selalu mencintai. Sekalipun, jarak begitu jauh di antara mereka. Bagi Yun, kau lelaki baik yang selalu di rindu.
No comments:
Post a Comment