Kampung di pinggir Sungai Kahayan.
Menentang arus baru bisa sampai ke hulu sungai.
Kadang naik klotok-pun harus didorong, air sungai sering kandas mendangkal.
Klotok salah satu sarana transportasi selain speedboat.
Jalan darat belum bisa menembus kampung di udik ini.
Itulah kampung ibuku, kampung kecil yang masih di kelilingi hutan-belukar.
Emas hijau, perusahan kayu masih berjaya saat itu.
Perusahaan besar dan orang asing tidak menjadi asing lagi disini.
Kuala Kurun masih merupakan Kota Admistrasi Gunung Mas,
selain gelondongan kayu menjadikan orang kota kaya raya, emas kuning pun berjaya pula.
Pantaslah dinamakan 'Gunung Emas'.
Kadang aku ikut mendulang emas sambil menyelam ke dasar sungai mengambil tanah.
Tanah diguncang dan diputar dengan air dipermukaan sungai.
Sedikit demi sedikit, emas akan tersisa bagai butir debu,
seketip demi seketip dikumpul menjadi emas
Itulah cara tradisional mencari emas.
Sedang cara ekstrim, lebih modern, tanah di dasar sungai dipompa dengan alat.
Air dan tanah naik ke atas rerumahan yang di bangun permukaan sungai kemudian air turun melewati babut permandani, emas akan tersangkut disana. Air sungai Kahayan menjadi tercemar dengan penggunaan air keras.
Ikan-ikan pun mogok bertelur dan menjadi mandul
Sungguh tragis!
Itulah, cerita di masa aku kecil ditahun 1980-an,
Dimana bunyi uwa-uwa masih terdengar bersaut-sautan
Beruk, bekantan, dan orang utan masih minum di pinggir sungai,
bahkan elangpun masih kulihat di angkasa.
Saban malam terdengar..gedubrak bruk! durian jatuh.
Pohon durian yang sangat tinggi, buahnya hanya mampu diambil tergantung angin.
...masa kecil yang indah untuk dikenang.
Kini Kuara Kurun menjadi Ibukota Kabupaten yang ramai
bahkan se-Indonesia karena berita tertangkap tangan penyogokan anggota DPR Chairun Nisa dengan Ketua Mahkamah Kostitusi Akil Mochtar dalam kemenangan Pilkada Gunung Emas tertanggal 3 Oktober 2013.
Hmmm, tempat lahirku yang dulu tak ada yang kenal, hanya peta coret.
Kini menjadi rebutan berita.
Ke Kuala Kurun, tak lagi bersusah payah naik klotok. Sekarang, katanya, sudah dibangun jalan darat mulus...# tapi terus terang, aku belum pernah kesana lagi.
Kuala Kurun, aku rindu untuk menapak tilas kembali.
Kuala Kurun, tempatku numpang dilahirkan. Jujur aku hanya dua kali kesana
Saat kelas 5 Sekolah Dasar, walau bagaimanapun, kenangan tetap membekas di benakku.
Tunggu aku, aku akan pulang.
Kuara Kurun, kampung ibuku.
# Saat melihat tempat lahir di Kartu Tanda Penduduk.
Tempat tanggal lahir : KUALA KURUN, 9 Januari 1971
Jadilah terkenang, dimana aku muasal.
Kota Hujan, 13 januari 2014
***
No comments:
Post a Comment