Pages

Sunday, December 12, 2021

Motor Tuaku, Apa Maksudmu Mogok di Tengah Hujan

Langit mendung hitam pekat, bertanda hujan akan turun dengan sangat deras. 
Segera aku pamit pulang pada Panitia soft opening Medikids wakaf Bogor, Plaza Mall, Cimanggu City...Semoga belum hujan, sudah sampai rumah.
.
Baru sampe depan Pengadilan Agama kelas IIB Bogor, bresss...hujan. Langsung aku berhenti, memakai jas hujan, pokoknya, mau deras atau tidak, harus pulang. Nekad.
.
Hujan tak terkira, genangan air menutupi jalan di depan Mawar Cluster Yasmin.
Mendadak, motor tuaku berhenti. Ampunnn dah! sudah hujan, mogok lagi. Kuinjak pedal motor berkali-kali, tak ada kehidupan. Mati.
Panik nggak..iyalah. Panik.
Kuseret motor mendekati Pos  Penjagaan sebelum bundaran Yasmin.
Ada beberapa orang berteduh di sana. Hujan terlalu deras. Tak kuat untuk menembusnya.

Kuparkirkan motorku.
Bingung, bagaimana nasibku.
Haruskah, aku seret motor sampai bengkel, pasti letaknya jauh di Cilendek. Tak terbayang, hujan-hujan mendorong motor, perempuan lagi.
Kuperhatikan tadi, ada dua laki-laki ojol yang cuek melihatku datang mendorong motor.
Siapa yang akan kuhubungi saat ini. 
Anak? Dari kemarin belum pulang dari kerja.
Suami, masaiya, harus pulang dari Swiss.
Kupandangi motor tuaku, sudah tiga kali kumat, selalu mogok kalau kena air hujan. Businya mati.
.
Aku hanya bisa berdoa, hujan semakin deras, aku pun semakin tak karuan rasa.
Di sampingku seorang ibu hamil tua dan suaminya, di depan gerobak tertutup plastik.
Alangkah kagetnya aku, ada dua balita duduk didalamnya
Hatiku trenyuh, segera kuberikan dua paket susu dan kue, souvenir dari acara tadi.
"Iniii...doakan motor ibu hidup ya," pintaku.
Lalu kamipun cerita, bahwa letak bengkel sangat jauh, 
ah! Sudah kuduga, bertambah bingunglah aku.

Keluarga ibu ini, tinggal di Pabuaran Cilendek, numpang tidur di lapak bos pemulung.
Setiap hari mereka berputar mencari barang bekas, bersama tiga balita (yang dibawa dua).
Wajahnya tampak letih.
"Sekarang susah mencari plastik bekas aqua gelas, Bu."
Padahal plastik bekas dihargai sekilo Rp 3.000,- dibandingkan kertas, sekilo Rp 2.000,-
"Plastik bekas, sudah dikumpulkan sendiri oleh pembantu rumah tangga, dijual mereka. Jadi tidak ada lagi buat kami," lanjutnya.
Katanya, sehari dapat Rp 20.000,- sudah sangat besar, kalau tidak ada sama sekali uang, bos susah kasih pinjam.
Perempuan berusia 35 tahun itu, wajahnya menjadi lebih tua dari umurnya, lagi-lagi ia menarik nafas dan tertunduk.

"Berapa anaknya? tanyaku, Karena heran, anak masih balita, ibunya kok hamil lagi.
"Enam, Bu. Ini yang ke tujuh...saya nggak cocok KB.
Saya ingin sekali disteril. Nggak sanggup lagi menghidupi anak."
.
Banyak sekali anaknya, aku yang ingin banyak, dititipkan satu, ibu ini, tak ingin banyak, malah banyak.
"Kata bidan Puskesmas, saya bisa disteril setelah 4 bulan bayi. Saya pakai KIS, doain ya bu, bisa steril."

Keluarga ini sudah 18 tahun memulung, muter-muter seputar perumahan Yasmin.
"Ibu darimana asalnya?"
"Saya, Cinangneng, Bapaknya Pasar Anyar. Asli Bogor. Ibu darimana?" ia balik bertanya.
"Kalimantan,"jawabku.
Dia terus memandangku. Ada apa, batinku.
"Saya dari usia 5 tahun, tinggal di Sukamara, Kalteng. Suami pertama saya orang sana, dapat anak satu, suami meninggal. Terus saya pulang ke Bogor, ketemu suami saya ini."

Qodarullah...
Ketemu orang Kalimantan di tengah hujan. Sungguh malang nasibnya. Sekalipun hidup hanya pemulung, mereka pantang meminta-minta, dia percaya, ada saja rezeki dari  Allah.
Dia berkata, balik aku yang terus memandang ibu ini.
.
Hening.
Jadiii, ini maksudmu, motor tuaku? Mogok hujan-hujan, memberi hikmah kehidupan. 
Kutepuk jok motor tua, penuh cakaran kucingku.
Hujan sudah reda, hidup ya. motorku.
Bismillah!
Ku injak pedal, brenggg...hidup!
Doaku, kontan diijabah Allah.
Ku gas motorku, supaya mesinnya panas.
"Bu ini yaaa," aku memberi uang pada ibu itu, "Doakan saya, bisa sampai rumah, motor nggak mogok lagi."
"Aamiinnn," ia mencium lembaran uang kertas itu sambil berdoa.
.
.
.
Motor tuaku melaju tanpa kendala...Ku usahakan menghindari genangan air, takut ngadat lagi.
Seperti orang gila, aku bicara dengan motorku, "Hidup yaaa..hidup."
Alhamdulillah, sampai rumah.
Ya Allah Yang Maha Baik, ada hikmah di balik hujan deras.
Bahwa hidup, harus banyak bersyukur. Banyak  memberi, karena doa mereka didengar sampai langit.
Motor tua.
Haruskah kuganti motor baru.
Lelah sudah dengan tingkah lakumu. Aku ini perempuan, tak terbayang, aku mendorongmu di tengah hujan
.
Bogor Kota Hujan
12-12-2021.

No comments:

Post a Comment