Pages

Thursday, May 3, 2018

Bertemu Mama

Maaaaaaa...
.
Teriakku tak percaya, berapa kali aku kucek mataku. Sungguh tak percaya.
Aku bertemu Mama.
Mama dalam kerinduanku yang menumpuk semakin menumpuk

Mama keluar mobil elp besar di depan rumahku.
Memaki baju sasirangan biru abu-abu.
Padahal, baju ini barusan aku lipat. Tadinya baju ini aku berikan ke kakakku, tapi dia menolak, nggak cocok katanya, buat Een aja.

Aku tau persis, baju sasirangan ini, paling sering dipakai Mama, setiap bekerja mengawasi kolam renang Hegar
Baju kesayangan dari banyak baju yang Mama punya.
Mama masih hidup, batinku. Mama tak menjawab, hanya tersenyum lebar, wajahnya cerah dan cantik.

Baru saja berdiri di teras, Mama masuk lagi ke mobil. Terlihat gembira sekali. Aku cuman menebak, Mama sedang reuni dengan teman-temannya. Cuman Mama yang berbaju beda, yang lain seragam orange dan putih.

Baru sebentar Mama mau pergi lagi. Spontan aku berseru:  Ma, semua baju-baju Mama sudah Een kasih, sisa dua di lemari kaca.
Lagi-lagi mama tersenyum, aku hanya menebak jawabannya: Nggak apa, nanti beli bahan dan jahit baju baru lagi. 

Karena gembiranya, aku segera mengambil telepon, ingin mengabari adik laki-lakiku, Mama masih hidup. Tapi kenapa nomernya salah mulu.
Oh ya, nanti aja dikabari, tunggu Mama pulang terus foto sebagai bukti.

Baru semenit, aku terbangun.
Lamaaa terdiam, baru sadar, ternyata itu hanya mimpi, tapi rasanya benar-benar terjadi.
Mimpi yang kunanti sepuluh bulan lamanya. Bermunajat kepada Allah, agar dipertemukan dengan Mama, walau hanya dalam mimpi...
Sepuluh bulan semenjak kepergiannya, aku selalu merindukan Mama, hampa terasa relung jiwa ini.

Sepuluh bulan, aku bertanya pula pada Ustadzah, kenapa aku tak pernah bertemu Mamaku. 
Kenapa saudara yang lain bisa bermimpi.
Apakah aku berdosa padanya. Apakah ada kata-kataku salah selama merawatnya. 
Itupula yang menjadi pertanyaanku. 
Kami empat saudara, selama hidup aku dan adik laki-lakiku yang bergantian menjaga dan menemani di kampung. Aku bersyukur, bahkan menjelang meninggalnya, aku diamanati mengurus Mama sendirian.

Sedih, kenapa tak pernah bertemu, walau lewat mimpi. Aku tak berputus asa, tetap berprasangka baik,  selalu aku berdoa kepada Allah, ijinkan aku bertemu Mama lewat mimpi.

Hari ini, lepas nifsu Sya'ban, aku bertemu dengan orang yang paling aku sayangi. 
Melihat wajahnya yang gembira, jalannya normal titak tertatih-tatih...pasti Mama bahagia di sana.
Ya Allah,  sepuluh bulan menanti, di bulan Syahban ini, Engkau ijabah doa hamba...Tak henti-hentinya aku bersyukur. Lunaslah kerinduan untuk memandang wajahnya.

Ma...tenanglah, Een selalu mengirim hadiah doa untuk Mama Bapak.
Ya Allah, curahi rahmat, terimalah amal ibadahnya, tempatkan mereka di ahlul Jannah. Aamiin Ya Robbal'alamin.

Maaaa...raga Mama yang kini tiada, tapi jiwa dan cinta Mama selalu hidup di hati Een.
Foto ini aku temukan di aplikasi google drive, Maya Allah masih tersimpan foto bersama alm,. Mama
Bogor, akupun mengusap airmata, bahagia yang tak terbilang.


2 comments: