Pages

Monday, October 31, 2016

In Memories My Cat, Merry Mouse

Merry Mouse, dia bukan tikus tapi seekor kucing. Sekalipun kucing liar tetap kuberi nama yang manis, Merry, lahir di hari Natal, 25 Desember 2014.
Boneka Merry Mouse produksi, Lolitoti Huis
Induk Merry, kunamai; Pusi, seekor kucing yang sangat liar. Hampir tidak bisa disentuh, hissing dan suka berlari ketakutan. Anehnya, Pusi tak pernah pergi kemana-mana, selalu berada di sekitar rumah. Nggak tega rasanya membiarkan hidup terlunta apalagi tubuh Pusi kurus kering, aku rutin memberi makan padanya. Ku anggap aja, kucing peliharaan, walau tak bisa menyentuhkan, apalagi dibelai, taunya minta makan.
Satu kegagalan terbesarku, selalu gagal menangkap Pusi untuk di steril. Beginilah akibatnya, Pusi selalu hamil dan anaknya menuruni sifat induknya, liar.

Malam lepas Isya, aku tau, ada yang lahir, terdengar tangis kecil di atas loteng. Malam kudus mengiringi lahirnya Merry. Dannn...seperti biasa, bayi Pusi tak pernah terlihat wujudnya. Di sembunyikan induknya dengan sangat sempurna. Tak tau dimana.

Menjadi kebiasaan Pusi. Jika lapar ia mengeong keras di tangga belakang. Hanya itu yang bisa Pusi ajarkan pada setiap anaknya, mengeong minta makan, lari dan liar.

Bulan Maret berinai, rintik hujan tak kunjung reda.
Ada yang tak biasa. Anak kucing tubuhnya keciilll, berbulu hitam di lehernya ada sedikit warna putih seperti memakai syal. Tiba-tiba kucing kecil hitam muncul di loteng, persis tikus. Itu kenapa namanya; Merry Mouse. 


Merry menuruni tangga mengejar ibunya untuk menyusu, tapi tak bisa naik lagi, mengeong nyaring.
Aku terpana. Kucing itu kecilnya segengam tangan.  Dan yang aneh saat ku pegang Merry kecil diam dan sangat bersahabat. Berbeda dengan anak Pusi yang lain, semua ketakutan.
Sejak saat itu mulailah aku jatuh cinta dengan mata bulat kekuningan, my Merry.

Agar Merry jinak, kucoba selalu membelainya.
Memanggil namanya di teras rumah, "Merriiii" 
Ia langsung mendekat, mengusap kakiku. Kuangkat, lalu membelainya di pangkuanku, berlindung di dasterku.

Pusi induknya, aku tau persis sifatnya, hanya melahirkan, anaknya nggak pernah diurus dengan baik. Terlihat, Merry kurang kasih sayang.
Sebenarnya, aku ingin Merry ada di dalam rumah, tetapi Merry nggak pernah betah di rumah. Ia ketakutan setiap melihat gerombolan si berat. Merry memilih menjadi kucing outdoor, hidup di sekitar rumah.

Awal bulan September 2015, Merry berhasil disteril dengan susah payah. Susah nangkapnya dan susah juga uangnya...tetap saja bersyukur, Merry bisa di steril. Lepas dua hari pasca steril, Merry berhasil lolos dari kandang, menghilang. Sebuah kesalahan kulakukan. Dicari-cari, Merry entah kemana.

Malam tadi, tepat jam 00:00 Merry datang di teras, dan sangat kurus, gemetar lapar. Badannya demam, ternyata luka jahitannya terbuka. Langsungku kurung di kandang, besok harus ke vet. Mudahan gratis...Dipikir, kucing kok tau jalan pulang, kalo sudah lapar dan sakit.
Merry demam, mau berobat.
Terus terang, kucing ini menyedot energiku, sepanjang malam, mengeong. Entah sakit atau tak biasa dalam kandang. Terpaksa saja, dengan 'tegaaa' Merry tetap di kandang sampai pagi ini. 

Ayo Merry, kita berangkat. Cepat sehat ya. Doa untuk Merry Mouse. .. status di fb yang aku posting.
Setelah diperiksa, luka jahitan Merry aman saja, cukup dioles salep dan Merry harus dikandang untuk lima hari. Sebuah siksa bagi Merry yang biasa bebas, terpaksa supaya sehat.

Merry kecil berekor panjang, selalu duduk di tepi jalan. Saban hari menantiku keluar rumah, dan mengikuti kemana saja.

Dua puluh tiga hari, aku harus merawat Odi yang terkena gejala ginjal. Tetap saja, aku selalu memanggil Merry untuk makan.

Di hari, ketika air mataku tumpah 9 Juni 2016, Odiku berpulang, menyerah dalam sakitnya. Odiku
Ada yang aneh, tak ku lihat Merry duduk di pagar tetangga di ujung jalan. Kemana batinku.
Setelah aku mengubur Odi di bawah pohon mangga. Aku duduk tertekun tak rela rasanya kehilangan kucing gendut lucuku.

"Merriiii, Merriii," panggilku. Berulang kali kupanggil, tak, ada sahutan mengeong seperti biasa
Aku menengok halaman tetangga di ujung jalan, tempat biasa. Merry duduk disana
Kadang, hatiku sakit, melihat Merry dihardik diusir dengan kasar. Merry biasanya berlari, masuk ke pagar rumahku. Wanita berwajah masam tak pernah baik dengan kucing-kucingku.

Kupanggil sekali lagi. Tiba-tiba Delila berlari meloncat masuk ke got gorong-gorong yang letaknya di ujung jalan samping rumah wanita itu. 
Suatu yang janggal dilakukan Delila kucing kecilku
Naluriku seakan memberi petunjuk untukku ikuti. Bermaksud mengambil Delila.Malah Delila lari semakin masuk ke dalam gorong-gorong. Aku berusaha menunduk memanggil namanya. 
Tapi aku berguman lirih melihat pemandangan di dalam gorong-gorong.

Merriii...
Deg! hatimu runtuh, itu Merryku. Kucing hitamku tergeletak di gorong gorong..aku tak bisa mengambilnya, tapi aku tau Merry sudah mati. Dari mulutnya keluar buih dan sisanmakanan.
Manusia mana yang tega meracunnya. Aku tau, siapa pelakuku. Aku tau tau...aku ingin menyumpah, tega sekali. Tega.

Aku semakin tertekun tak percaya. Dalam sehari aku kehilangan dua kucingku.
Kalau tidak suka. Kenapa harus diracun? Sedangkan aku menyayangi semua.kucingku. Bersusah payah memgobati Odi. Aku rela berapapun biaya, aku bayar. Tapi kenapa? Kucing kecilku ini harus mati? Apa salahnya?
Aku tau pelakunya, semoga Allah memberi hidayah agar kelak hatinya lembut melebihi kecintaan pada kucing. Kuharap ia menyesal melakukan ini semua.

Merry Mouse dan Odi Toti kucingku. Tunggu aku, dan jadilah kalian kelak menjadi payung kesaksian seluruh perbuatanku di dunia sebagai saksi di hari akhir.
Kutulis kisah ini,untuk mengenang my Merry. 

Sebulan sebelumnya? Entah mengapa aku membuat boneka untuk Merry. tenyata. Inilah tanda...begitu cepat kau kembali meninggalkanku.
Pergilah, sayang. Kejar-kejaran dengan Odi Toti di taman surga yang indah. Tak ada lagi manusia yg akan meracunimu.
Kenangan manisku buat Merry Mouse.

Diakhir kenangan, dengarkan suara hatiku.
Wahai manusia berhati keras. 
Mereka hanya kucing. hanya mengikuti naluri.
Hanya menumpang berteduh di kala hujan
Hanya mengais sisa makanan, tak lebih. 
Tak pula membuatmu mati kelaparan, wahai, manusia berhati keras.
Mengapa balasanmu begitu kejam.
Kau hardik, kau usir, bahkan kau racun. kau renggang jiwa tak berdaya.
Kau puas?
Semoga Allah memberi balasan yang setimpal di alam kuburmu nanti. 
Selalu aku berdoa, semoga hatimu dilembutkan, disesakkan dengan ribuanbulir penyesalan.
Aku tau, tak bisa kulawan wajah masammu tapi aku yakin kekuatan doa, semoga kau berubah
Wahai, manusia berhati keras. (en)









3 comments:

  1. jasadnya Merry apakah bisa diambil dan dikuburkan?
    sedih sekali bacanya....hikkzz

    ReplyDelete
    Replies
    1. karena berada di dalam gorong gorong nggak bisa. saya ambil

      Delete