Pages

Wednesday, November 6, 2013

WANITA PILIHAN...


"Hapus air matamu, Nduk " terdengar suara lembut Mbok, sambil membelai lembut rambut Supinah yang terurai menutupi wajahnya, bibirnya masih bergetar, dadanya naik turun. Kesedihan yang teramat dalam. Kehilangan suami tercinta  begitu cepat dan tiada firasat apapun.
Bagaimana dunia seakan jatuh dari langit. Runtuh...Tiang pondasi rumah seakan patah.
Supinah menghapus air matanya, matanya bengkak merah...


Tetangga bertaziah; jangan kau tangisi yang telah pergi, dunia bagai gelombang. Arwahnya tidak akan tenang. Sabar ikhlaskan.
Itu masih Supinah dengar... Jangan Menangis...Jangan menangis.
Tapi izinkan aku meratapi kekasih hatiku, izinkan!!! suatu saat aku hanya mengenang dengan hati pilu. Perut Supinah membesar , kehamilannya anak ke-3 hanya menunggu hari ..Oh, anakku, kau terlahir yatim, sambil di belainya perutnya...Takdir.
Kedua anak laki-lakinya yang lain masih kecil dan kini topangan hidupku telah pergi.
Masih terkenang suaminya terbujur kaku di tengah  rumah,  air kopinya saja belum habis terminum.
Tiba-tiba Mas Pardi menjerit kesakitan sambil memegang dada kirinya
hanya terdengar " Allaahu Akbar " berulang-ulang di sebut Mas Pardi  sambil mendekam kesakitan.
Belum sempat Supinah berlari mencari pertolangan Mas Pardi kejang dan kaku.
oh Mas...begitu cepat kau meninggalkan kami, serangan jantung di usia tiga puluh sembilan tahun, masih muda.

Jasad Mas Pardi telah berbaring tenang seperti keinginan di makamkan di Balong Seba, nama pemakaman keluarga di kampung Mas Pardi. Dengan menempuh jarak enam jam Supinah tegar menghadapi musibah terberat dalam hidupnya.
Allah tlah memilihnya sebagai wanita pilihan untuk menghidupi ke tiga anak yatim
Aku harus kuat dan akan selalu kuat, batinnya sambil bangkit.
Supinah  menatap ke dua anaknya Bayu dan Rafi yang tertidur pulas kelelahan.
Esok akan kuhadapi dunia, aku harus kuat demi anak-anakku, yang pergi biarlah pergi tak akan kembali  dan yang hidup akan terus melanjutkan hidup.
Tiada guna terus meratapi dan menangis, ada anak yang harus kuberi nasi.

 ***

Ini hari ke sepuluh, belahan hati Supinah pergi meninggalkannya tak akan kembali.
Air matanya tumpah sambil memegang dan memeluk erat dalam dekapannya,
anak ke tiganya lahir sudah tepat di hari ke sepuluh.
Wajahnya mirip bapaknya...Supinah menamakannya Akbar..
Kata terakhir Mas Pardi " Allaahu Akbar ..Allaahu Akbar ...Allaahu Akbar  "
Senyum menghias di bibir Supinah walau terasa perih.
Ia tidak akan takut mati kelaparan demi anak-anaknya ia akan berjuang.
tak kurelakan ke tiganya berpisah, dititip di tempat saudara, tidak akan!
mereka harus tumbuh bersama.
Aku pasti bisa !!!

***

Dua tahun tak terasa berlalu, Mas Pardi pergi dibulan Oktober 2011
Akbar pun tumbuh sehat dan lincah berusia dua tahun.
Dengan ketegaran, Supinah sanggup menjalanankan roda kehidupannya
Dengan pensiunan yang ditinggal Mas Pardi serta usaha kecil-kecil.
Ada saja rezeki buat Supinah dan anak-anak
Allah selalu melindungi bagi orang sabar dan bertaqwa.
Tiada lagi air mata..Sudahlah,
Life must go on...

***
Inspirasi by Erlina...Tetap sabar dan kuat ya, Bu.






No comments:

Post a Comment