Pages

Saturday, June 8, 2019

Jamilah Buduk

Part 1
Sebenarnya, dulu ia wanita yang penuh percaya diri.
Senyumnya manis.
.
Entah mengapa, kini Jamilah selalu menunduk... ia tak lagi seperti dulu.
Sejak kalimat spontan; " ihh buduk."
Kalimat yang dilontarkan memang sangat acuh namun bagi Jamilah sangat terhujam.
Hampir saja Jamilah tak sanggup menahan airmatanya.
.
Jamilah menatap kakinya.
Tak mulus seperti wanita lain.
Digigit nyamuk saja meninggalkan bekas.
Banyak bekas luka-luka kecil, kata orang jawa Bruntusan.
Kulit Jamilah sangat sensitef, bisa dibilang ,manis dagingan.
Baru kali ini Jamilah mendengar kata Buduk.
Dan menebak-nebak artinya, terdengar kasar sekali.
Ya...kakinya tak jenjang lagi seperti masa gadis dulu, sekarang jauh berbeda, mungkin karena gemuk.
Jamilah pun suka rikuh jika memakai sepatu tinggi.
Kaki lebih ke seorang kuli.
.
Ah...kata-kata itu
Lagi lagi Jamilah mendengar kata Buduk dari gelak tawa suaminya demgan teman wanita, di teras depn.
Spontan Jamilah yang duduk menyila berusaha menutup kakinya...sekalipun mereka tak mengatai dirinya, tetap saja menjadi lebih minder.
Sejak kata itu terlontar, malam bercinta, tak jua Jamilah mau bertelanjang di depan suaminya. Ia  berlari ke kamar lain setiap salin baju.
Terlalu malu, badannya tak semulus wanita lain.
"Lihat badanku muluskan, bersih."
Jamilah diam tak menyahut suaminya yang memuji dirinya sendiri.
Ia malah memandang kakinya.
Tak mulus.
.
Jamilah hanya diam...semakin tak percaya diri
Entah sampai kapan, penawar kepercayaan diri bisa pulih kembali.
Jamilah terpekur.
Sekalipun, yang mengatakan buduk lupaaa kalimat itu.
Alangkah naifnya dirinya.
Buduk.
.
Menyedihkan tak terperi.
Jamilah merenung di tepi ranjang, menatap kakinya.
...bagaimana cara supaya kulit kaki ini, menjadi mulus krmbali?
Dia membatin.

No comments:

Post a Comment