Pages

Thursday, September 17, 2015

Neko Hameri...Dimana kau berada?

Neko, dimanakah kau berada?
Neko Hameri
Kucing berumur 2 minggu, kini memasuki usia 6 minggu.klik
Bayi kucing yang ku bawa dari Cirebon ke kota Bogor.Klik
Kucing kecilku nan lincah

Sudah pandai meloncat
Memanjat, dan berlari

tubuh kecil luwes bergerak.
Neko dengan mpengnya. [dokpri]

Ternyata, bola matanya berwarna hijau. berbulu campur.Luka-luka di tubuhnya sudah mulai sembuh. Neko sangat ramah, mulai berani mendekat dengan kucing lain
Neko, pun bermain mundur maju, seperti menerkam. Bersembunyi, merundukkan badannya...Naluri kucing mulai berkembang sesuai usia.
Ngedot sendiri sambil tiduran [dokpri]

Neko, sungguh menakjudkan.

Bayi kecil ini, membuat aku bahagia.
Dia berbeda, bisa ngempeng sampai ketiduran
Bisa juga, ngedot sendiri, bermain di tempat tidur. Neko tidak suka di kandang, pasti akan menjerit sampai sampai suaranya serak. Neko sudah bisa buang pup pee sendiri. aku menaruh tepat kecil yang diatas ditaruh koran. Sengaja tidak memakai pasir, karena lebih hemat dan memudahkan membuangnya. Nanti kalau Nekosudah agak besar, akan diajar membuang pup dan pee di kamar mandi. 

Begini caranya buang pee...[dokpri]

Postingan ini, sejujurnya ada kesedihanku, namun tak ingin kutampakkan. Aku tak ingin orang tau, aku kehilangan Neko.
Neko Hameri, kutemukan 17 Agustus. Di tanggal yang sama, 17 September, tepatnya sebulan yang lalu, aku kehilangannya. Pagi ini, tiba-tiba Neko hilang bagai lenyap di telan bumi. 
Menjadi kebiasaan, setiap pagi Neko suka berkumpul, ikutan makan dryfood dengan saudaranya yang lain. Aku membiarkan, trus membersihkan ruang tamu.
Tak biasanya, hari ini, Neko anteng bersama kucing yang lain. Biasanya, Neko suka mengeong mencariku. Kakiku ini, selalu diikutinya kemana aku melangkah. Tapi...kenapa begitu sunyi. Kemana Neko? 
Aku panggil-panggil. Tidak ada suaranya. Sampai aku matikan suara gemericik air di kolam. Menajamkan mendengaranku. Tidak ada. Kubongkar setiap sudut, maklum kucing kecil seusia ini,suka sekali menjelajah, selalu ingin tau.

Rumahku, memiliki kolam besar dengan saluran pipa pembuangan. Kulihat, apa tercebur disana.Kusenter terowongan. Airmata sudah tak tertahan, setiap celah sudah ku buka.
Kuacak-acak seisi rumah. Sedih. Neko tetap tidak ada. Seekor kucing kecil, membuat aku merasa kehilangan teramat sangat. Sejenak, ku lihat foto dan video. Terduduk diam.
"Tenang, Ma. Nggak mungkin hilang. Coba lihat parit depan" sms anak gadis dari kantor menenangkanku.

Berlari ke depan, melihat parit, kali Neko ada di situ. Padahal jelas-jelas, sejak pagi pintu luar tertutup. Kubuka kulkas, siapa tau, Neko masuk waktu aku buka mengambil makanan tadi pagi. Sampai-sampai tumpukan pakaian kotor di mesin cuci, aku bongkar. Hilang akal.Siapa tau, siapa tau...Neko ada di situ. Sapa tau?
Tetap tidak ada, Neko... tetap tidak ada. Lalu aku sadar, mungkin sampai disini aku memeliharanya. Kuusap airmataku, aku harus ikhlas. Segera kubereskan, dot kecil dan mpeng Neko. Menutup kasurnya berwarna pink. Menyusun boneka-boneka milik Neko. Dititik itu, aku ikhlas.

Dalam batinku, Neko kemungkinan masuk terowongan pipa. Herannya, sekalipun airmataku mengalir, hatiku tak bergetar, biasa dan datar saja. Aku yakin, Neko bersembunyi di suatu tempat. Masih saja aku penasaran. kemudian aku sadar, aku harus tenang.
Dicari-cari, malah pules di mukena
Aku mulai ikhlas. Ku ambil air wudhu untuk sholat Dhuha. Mukena dan sejadah masih tergeletak di sudut kamar sehabis sholat subuh tadi. Mukena itu terselip di belakang pintu.Sekali lagi, aku memanggil namanya "Nekooo"
Masya Allah, kucing itu mengeong pelan. Rupanya ia tertidur di mukena. Tubuhnya tertutup.Pantaslah, Neko tidak mendengar panggilanku, dia tertidur pulas.Tidak biasanya. kok bisa tidur disini. Langsung aku memeluknya. Kucing nakal ya.

Ya Allah, telah kau beri hikmah padaku untuk selalu IKHLAS. Pada titik kepasrahan, hatiku menuntun ke tempat dia berada. Mungkin, bagi orang, terdengar aneh. Cuman Kucing, kok paniknya luar biasa. Aku tak bisa melukiskan perasaanku. Kucingku adalah bagian keluargaku. Kurawat dengan penuh kasih. Jadi, harap maklum dengan sikapku.
Neko Hameri, ternyata seekor kucing kecil membuat pagiku menjadi pilu sekaligus bahagia... Ternyata, ia teramat kusayang.

Postingan ini, ku edit kembali, setelah menemukan Neko Hameri

Neko Hameri.
Tumbuh sehat ya, sayang. Jangan suka tidur sembarangan lagi. Aku yang berbahagia.
Bogor, 17 September 2015

Ngedot sendiri. [dokpri]


6 comments:

  1. Hahaha....mbak saya ikut ketawa membacanya, ternyata seekor kucing telah membuat hidup mbak een penuh warna...salut sama kecintaan mbak pada makhluk kesayangan Rasulullah SAW

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasihhh... kucing bagian dari keluarga., mewarnai hidup ini.
      Trims ya sudah mampir, salam hangat

      Delete
  2. Neko ngumpet di balik mukena pada 17 September 2015, tepat tiga bulan sebelum kepergiannya. Sedih bacanya.

    ReplyDelete
  3. KISAH SEEKOR KUCING BETINA

    Hai, aku kucing betina yang lahir di Jakarta. Aku lahir ditanah kosong yang penuh pepohonan. Ada satu saudaraku yang juga dilahirkan bersamaku. Beberapa hari setelah lahir, tepatnya pada 21 Februari 2016, kami dibawa oleh induk ke teras sebuah rumah yang terletak didepan tanah kosong. Kami pindah karena sering hujan.

    Ketika kami sedang menikmati suasana diteras datang seorang perempuan berjalan menuju rumah yang terasnya kami tempati. Ia membuka pintu gerbang. Induk kami yang sedang tidur-tiduran dengan sigap mendongakkan kepala. Ia menatap tajam ke arah perempuan itu. Saat perempuan itu melangkah masuk menuju rumah tatapannya langsung mengarah ke kami. Spontan ia berkata “Eeeeh.... ada kucing”. Sejak saat itulah kami tinggal dirumah itu.

    Beberapa minggu kemudian saudaraku sakit. Ia tidak mau makan walaupun disuapi secara paksa. Ia juga tidak mau menelan air susu atau air putih sekalipun. Karena saudaraku tidak mau makan dan minum tubuhnya makin lunglai. Seluruh anggota keluarga panik. Ketika itu hari sudah mulai larut malam. Dari pembicaraan mereka aku dengar besok pagi-pagi sekali saudaraku akan dibawa ke dokter.

    14 Maret 2016 subuh saudaraku tidak lagi kuat menahan sakit. Aku dan induk ada disampingnya ketika ia meregang nyawa. Tidak berapa lama kemudian saudaraku mati. Aku dan induk sangat sedih atas kepergiannya.

    Matahari menampakkan sinarnya. Aktifitas anggota keluarga mulai terasa. Suasana menjadi gaduh ketika seluruh anggota keluarga mengetahui saudaraku mati. Mereka menangis. Saudaraku lalu dikubur dihalaman rumah depan teras. Sejak saat itu aku mulai mengerti arti teras, tempat yang mengingatkan kebersamaanku dengan saudaraku. Selamat jalan saudaraku.

    Waktu terus berlalu. Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Indukku hamil lagi. Aku senang bukan kepalang karena akan mendapat adik.

    Benar saja. Pada 28 juni 2016 induk melahirkan enam kucing. Wow, aku bersyukur mendapat adik begitu banyak. Tapi sayang tidak semua adik-adikku bisa bertahan hidup. Pada 23 Juli 2016 satu adikku mati karena sakit mendadak, disusul satu lagi mati pada 27 Juli 2016. Mereka dikubur dihalaman depan teras tidak jauh dari kubur saudaraku. Lagi-lagi teras itu mengingatkanku pada awal-awal aku tinggal dirumah ini.

    September 2016 aku hamil. Sebenarnya aku masih sangat muda untuk menjadi induk dari anak-anakku nanti. Tapi apa boleh buat. Itulah yang aku alami. Walapun aku berusaha untuk menjaga kehamilanku, namun aku masih senang bermain, berlari kian kemari dan berlompat-lompatan. Mungkin karena masih ada sifat kekanakan dalam diriku.
    Karena aku sering bergerak dan rahimku masih lemah, aku keguguran. Janin dalam kandunganku mati dan aku keracunan.

    Majikan yang merawatku membawaku ke dokter. Ditengah perjalanan menuju dokter aku menahan rasa sakit yang amat sangat. Akhirnya aku menyerah. Sebelum menghembuskan nafas terakhir aku sempat membayangkan menulis surat yang aku tujukan kepada majikanku dan keluarganya. Ini isi suratnya:

    Hai Bunda, Ayah, Kak Icha dan Mas Adi. Aku pamit ke surga, ya. Terima kasih sudah merawat aku. Aku titip indukku yang melahirkan aku, ya. Aku juga titip adik-adikku dan kucing lainnya. Semoga mereka panjang umur, sehat dan selalu dalam pelukan hangat Bunda, Ayah, Kak Icha dan Mas Adi.

    Aku ke surga tidak sendirian, tapi aku membawa anak-anakku. Aku senang “tidur” dihalaman depan teras bersama saudara-saudaraku yang sudah lebih dulu “pergi”.

    Sekarang dari halaman depan teras aku bisa “lihat” Bunda, Ayah, Kak Icha dan Mas Adi berangkat beraktifitas. Aku juga bisa “lihat” Bunda, Ayah, Kak Icha dan Mas Adi pulang dari bepergian.

    Sudah, ya. Aku mau tidur panjang. Dah, semuaaa..... Salam, Belo.

    Surat ini aku tulis pada 17 Oktober 2016, hari terakhir aku ada didunia.

    ReplyDelete