Pages

Wednesday, May 13, 2015

SIDANG PERTAMA DALAM HIDUP






Saat terindah dalam hidup adalah tangis di saat pernikahan. 
Tangis kebahagiaan, memegang erat pujaan hati dalan  kemurnian cinta.
Perawan dan bujang bersatu dalam mahligai rumah tangga yang diimpikan bersama.
Tangis seorang gadis dalam kebahagian cinta teramat sangat, cinta pertama dan terakhir pada pilihan hati. Semoga lekang hingga menua bersama.

Tangis kedua bagiku, saat melahirkan pertama, anak tersayang. Mendengar  tangisnya pecah bertanda bayiku lahir sehat Tangis yang membahagiakan sebagai seorang ibu.
Perjalanan hidup siapa tau, tidak satupun manusia tau dan mau 
jika ternyata cinta tak seindah  yang dulu. Cinta tlah memudar, kekerasan menjadi bagian keseharian. Kenapa kau berubah ?
Tiba saat keputusan panjang yang harus dilakukan.
Gugup saat duduk didepan ruang sidang I Pengadilan Agama kelas1B Bogor  Barat memenuhi surat panggilan (relaas) yang dikirimkan Sabtu kemarin oleh juru sita penganti.
Dimataku terasa mendung bergelayun, tapi aku yakin hujan yang selama ini pasti akan usai...Badai begitu dasyat menghempaskanku, seakan tak sanggup berdiri. Tapi, harus bisa. 

Tangisku saat ini adalah tangis untuk mampu tidak mencintainya lagi. 
Tangis yang aneh. 
Bagaimana tidak, selama ini aku sangat mencintainya aku tidak bisa membencinya...aku bahkan, terlalu mencintainya.
aku terlalu lemah untuk bertindak bagi diriku sendiri...tapi kini aku menjadi diriku sendiri.
Kesadaraku, tidak selamanya terinjak harga diri, untuk apa membuang waktu bagi kekasih yang tidak mencintainya lagi..Untuk apa berumah tangga, jika didalamnya hanya tekanan dan kehampaan. Semua telah membukakan mata hati.

Pintu ruang sidang belum dibuka


Pada saatnya aku harus berani tegar melangkah kedalam.
Di temani gadisku, yang selalu setia memberi semangat.
"Mama, You're not alone," itu kata anakku, gadis yang matang dan dewasa sebelum waktunya. Yang menjadi kekuatan untuk melangkah keluar lingkaran selama ini. Harus bisa! Ternyata banyak pula yang bernasib sama denganku. Akutidak sendiri.
Hidup bukan untuk ditangisi, hidup harus berani. Berani memperjuangkan.
Duduk berjejer, entah siapa yang digugat atau tergugat. Raut wajah yang terlihat tenang dalam hati bagaikan  gelombang dasyat menghantam.
Menunggu dan  menunggu  dalam badai yang bergemuruh. Sangat melelahkan dan terasa lama.


Suara panggilan pemberitahuan, nomor gugatan atas namaku. Aku melangkah ke pintu menuju ruang sidang I di ikuti suami.Di depanku duduk empat orang berjubah, dengan hakim seorang wanita.
Sidang ini adalah sidang pertama aku mengugat cerai..
dan tentu akan banyak proses, jalan masih panjang untuk dilalui.

Ada kelegaan bahwa aku bukan sekedar gertak sambel seperti suaminya
ini adalah realita, dan keberanian untuk menentukan sikap.
Sudah..kuakhiri semua yang telah dilalui.
Biarlah..semua memang harus berakhir, jalan terbaik bagi kita semua
Hakim itu mengetuk, tanda sidang usai teramat singkat.
babak demi babak akan dilalui.

Ya Allah, kuatkan  dan mudahkan segala urusan hamba
Aamiin Yaa Robbal 'alamin.


Bogor, Rabu 13/11/2013.

***

2 comments:

  1. tabah ya Mbak. Sedih membacanya. Mbak di Bogor juga ya, sesekali ketemuan yuk..:)

    ReplyDelete