Tak terasa, dua minggu lagi, tahun 2014, segera berganti. Sama halnya, seperti usia yang terus meraut, berlarilah diriku bersama punggung usia. Banyak cerita ditulis, sebagai tempat memuncratkan segala perasaan di jiwa. Tak disadari pula, blogku, yang sangat sederhana memenuhi hari-hariku sepanjang tahun 2014.
Ow! sesuatu sekali...bagai tercolek sendiri. Ketika seorang sahabat blogger Mas Nher, mengajak kembali kemasa lalu, a self reflection : bulan-bulan yang terlewati. Tarian tulisan tanpa spasi. Akupun tersenyum sendiri, dengan tulisanku di blog, kadang aku merasa pilu, menangis dan tertawa sendiri.
Ada satu tulisan yang paling berkesan dan selalu kuingat.klik
Manisnya berjilbab, Nak [Catatan Mama]
Sebagai Ibu, adalah kebahagiaan, jika anak tercinta, mau memakai jilbab dengan ikhlas.
Jika, membaca surat Al Ahzab: 59
"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dam istri-istri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."
Bertanya, aku pada diriku. Bagaimana tanggungjawabku kepada Allah. Jika tidak mengajarkan kewajiban berjilbab kepada anakku. Sepertinya, sesuatu yang memaksa, tapi memang harus dipaksa...harus bisa!
Anakku hanya semata wayang...Tentu, cara mendidiknya, tidak semudah yang punya banyak anak. Anak tunggal umumnya, berkarakter keras dan egois.
Cara mendidiknya harus persuasif, tidak keras bagai mengulur tali layang-layang.
Nisa Latifah, namanya. Sejak kecil sudah memakai jilbab. Itu hanya bentuk seragam jika ke sekolah. Nisa bersekolah di Islam terpadu sejak Taman Kadang-Kanak.
Sepulang sekolah, jilbab itu terlempar kemana. Jilbab hanya sekedar pakaian tanpa hati.
Selepas SMP Islam terpadu, aku memasukkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri-4 Bogor. Sengaja aku tidak memasukan ke sekolah Islam, agar ia tau dan belajar, bahwa ada komunitas lain diluar Islam. Bagaimana berteman dengan non Muslim, bagaimana menampakkan indentitas Islam. Dengan ekstrim, aku menyarankan untuk membuka jilbabnya.
Percuma jika Jilbab hanya dipakai tanpa niat dan ikhlas...akhirnya, cuman pakai, lepas dan pakai saja.
Sebagai Ibu, tiada habis aku berdoa kepada Allah, untuk diberikan hidayah. Anakku mau memakai jilbab dengan Ikhlas.
Suatu ketika di awal tahun 2014. Aku berkesempatan ikut memandikan sahabat yang meninggal. Anak gadisku itu, mendengarkan ceritaku. Betapa cantik, jenazah itu. Rambutnya dikepang tiga, kemudian memakai jilbab dengan kerutan di depannya.
"Nak, orang yang mati saja memakai jilbab, apalagi yang hidup,"kataku.
Ia terdiam.
Dua hari kemudian, kulihat ia banyak merenung. Saat pergi ke pusat pembelanjaan, Anakkku tidak biasa, ia memilih baju berlengan panjang. ternyata. ia berjanji, akan memakai memakai jilbab,dengan niat karena Allah.
Itulah tulisan, catatan mama yang tak pernah kulupakan.
kebahagiaan memenuhi relung hatiku, sejak saat itu, anakku begitu manis berjilbab, tak lagi buka tutup jilbab.
Kebahagiaan di tahun 2014, Anakku memakai jilbab dengan ikhlas |
Aku menulis, blog itu setelah memposting di dinding facebook.
Jarak menulis cukup lama, karena biasanya, aku selalu menulis dulu di dinding fb utk mengingat saja, Saat-saat yang penting, baru ku tuang ke blog.
Banyak kelemahan dalam tulisannu, perlu banyak belajar,dan terus belajar serta memperbaiki cara menulis.
Namun, sungguh berbahagia, aku bisa turut serta dalam tengak-tengok blog sendiri, ke masa lalu. Paling tidak menjadi refleksi. untuk menjadi lebih baik.
terbayang bahagianya saat ananda memutuskan untuk berjilbab...sukses GAnya ya mba..
ReplyDeleteIya...Melihat anak sungguh-sungguh dalam pilihannya, itu bahagiaa sekali Mbak@Indah Nuria Savitri. Sepertinya hal sepele, bagi saya, indah dan berkesan. terimakasih sudah bertam.
ReplyDeleteSaya datang dan sudah membaca “Self Reflection” di blog ini
ReplyDeleteTerima kasih telah berkenan untuk ikut lomba saya ya
Semoga sukses
Salam saya
#87
Terima kasih. Salam
DeleteTerima kasih. belajar mengikuti lomba. Terima kasih sudah berkunjung.
ReplyDelete