Pages

Tuesday, January 14, 2014

TRADISI BEADING, kelam dan kejam # SAMBURU TRIBE.


Awesome !!!! Ini eksotis bangettt...
N'cang Ali kaga habis-habisannye memuji untaian manik-manik kalung warna merah menyala. Itung-itung buat oleh-oleh pulang ke Jakarte.
N'cang Ali dan  Mahmud, keponakannya lagi sowan ke Kenya.
Wuisstt... keren, ua! N'cang jalan-jalan mulu, maklumlah, Mahmud ponakannya ,sukses jadi juragan kain di Afrika.

" Lue, mau?  Mud. Mauuuu?...entar gue borong semua, deh!"
Nyang ditanya malah ngegeleng kepale kenceng-kenceng.
"Emang kenape? nih! kalung, ada hantunye? Lue kaya takut begitu, " bisik N'cang.

Ini kalung memang cantik, tapi membawa bencana, khususnya buat gadis-gadis di suku Samburu. Kalung manik merah menyala ini menyimpan cerita kelam dan kejam buat para gadis di perkampungan terpencil di Isiolo, Provinsi bagian timur Kenya.

Tradisi pengkalungan (Beading) merupakan budaya suku Samburu, dimana seorang laki-laki akan mengkalungkan kalung manik pada gadis di usia 6 tahun. 
Tradisi Beading ini sebagai penanda perjanjian sementara yang memperbolehkan sang laki-laki bercinta dengan sang gadis.
Hal ini didasarkan atas perjanjian ayah gadis dengan laki-laki tersebut,  untuk mencegah si gadis berganti-ganti pasangan (sex bebas). 
Pada saatnya sang laki-laki akan menagih haknya sebagai pemilik sang gadis. konsekuensi tradisi beading ini, gadis dilarang hamil, padahal tidak ada upaya pencegahannya


"Waduuuhhhh! kalo begini, enak di laki, kaga enak di itu gadis, kasihan banget " N'cang tambah heran.

Jika gadis itu hamil, maka pada saat dewasa, gadis itu akan sulit menikah dengan pria di luar komunitasnya. Tetapi kebanyakan dari mereka hamil. Jika kehamilan dapat dideteksi secara dini maka aborsi yang kejam akan dilakukan, jika terlalu besar maka sang gadis akan dibiarkan melahirkan lalu bayinya akan dibunuh atau diberikan kepada orang asing.


Seorang aktifis dari suku Samburu sendiri, Josephine Kulea. Ia membantu para gadis suku ini yang hamil dengan membawanya ke satu penampungan khusus bagi mereka untuk dirawat dan apabila melahirkan, maka bayinya akan dititipkan di panti asuhan khusus. Hal ini merupakan pengalaman yang traumatik bagi para gadis tersebut dimana ia harus meninggalkan keluarganya dan memberikan bayinya. Gadis-gadis tersebut menangis ketika mereka diajak untuk pergi, tetapi Josephine Kulea percaya bahwa apa yang ia lakukan jauh lebih baik daripada apa yang akan dilakukan oleh sukunya jika mereka tetap tinggal di komunitasnya.

Josephine Kulea, menganggap  tradisi beading ini suatu kebiasaan buruk, sangat kejam dan merugikan gadis suku samburu. Alasan itulah yang  membangkitkan hasratnya untuk segera bertindak dengan menolong para gadis ‘korban’ tradisi ini.

Mendengar cerita Mahmud, tentang tradisi pengkalungan para gadis suku Samburu. 
N'cang kaga bisa komentar, cuman bisa geleng-geleng merasa melas.
Tradisi ini harusnya di lestarikan atau di hapuskan?
" Coba ada agama, tentu kaga bakal ada tradisi macam ginian" 
Setuju, N'cang. Tumben N'cang pinteran.

Oke deh,  pilih-pilih oleh-oleh udah kelar, mau pamit dulu yaaa.
Byeee, see you again...Dadaaahhhhhh, N'cang sembari melambai.
Muahhhhhhh!
Petualangan Ncang Ali kemarin Suku Simba berkulit merah
***




No comments:

Post a Comment