Pages

Tuesday, October 8, 2013

MINA..

Catatan Perjalanan Armina musim haji 1427 H


Sabtu, 30 Desember 2006 ,10 Dzulhijjah 1427 H. (Hari Nahar)

" Allahumma haaza  minaa  famnun 'alayya bimaa mananta  bihi a'laa auliyaa ika wa ahli tho a'tika"


Ya Allah, tempat ini adalah Mina, maka anugerahilah aku apa yang Engkau telah anugerahkan kepada orang-orang yang dekat dan taat kepada-Mu



Ketika matahari terbit kami tiba di Mina.
Tenda tenda berjajar rapi, berwarna putih  berdiri permanen.
Sungguh menakjudkan...ada penyejuk udara didalamnya.
bersegera kami  bersiap setelah menaruh barang barang dan beristirahat sejenak.
air di tenda berlimpah ruah, mengalir deras dari kran-kran kamar mandi.

Di Mina terjadi kekacauan, jamaah berebut mengambil konsumsi
tapi semua juga kehabisan. Nasi juga habisss....benar benar tak kudapat nasi.
Di perlukan kesabaran  tingkat tinggi dalam perjalanan berhaji

Mina, orang arab menyebutnya Muna. artinya pengharapan.
konon , setelah menempuh perjalanan jauh Nabi Ibrahim  erharap bertemu dengan istrinya, Siti Hajar. Harapan itu menjadi kenyataan di Jamal Rahmah, Arafah
Mina adalah lokasi di tanah haram Makkah, secara harfiah berarti tempat tumpahan darah binatang yang disembelih.
Kami melaksanakan mabit di Mina sebagai kelanjutan dari suatu pelaksanaan ibadah sebelumnya.
Aku mengambil Nafar Tsani yaitu tanggal 10,11,12 dan 13 Dzukhijjah .

Kami rombongan berbaris rapi menuju tempat melontar  jumroh.
Barisan dari rombongan lain dengan bendera pengenal berjajar maju. ke arah yang sama.
Waktu untuk rombongan jamaah haji dari Asia yang berawakan kecil ditetapkan sehabis lohor sampai sebelum magrib. Waktu yang singkat sekitar 5 jam seluruh manusia ke arah yang sama, lorong yang sempit, berbaris rapi. Alhamdullilah tidak berjejalan karena berjalan searah dan menggunakan  dua lorong dengan arus masuk dan keluar yang berbeda.
Tapi degup jantung bergetar, ibarat pasukan yang siap bertempur..maju dengan semangat dan memang diperlukan perjuangan fisik yang luar berat karenanya jauhnya perkemahan dengan tempat melempar jumrah.
Penetapan waktu melempar jumlah dimana rombongan dari Afrika yang berperawakan tinggi besar pada pagi hari dan waktu tersebut sangat padat dan beresiko tinggi. hal ini dilakukan agar tidak terjadi peristiwa Mina seperti tahun1990,

Mula mula, pada tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Nahar), hanya melontar jumroh Aqobah dengan 7 batu kerikil yang di bawa dari muzdalifah.  kemudian dilanjutkan melontar jumrah Ula, jumrah Wustho dan jumrah Aqobah pada hari Tasyriq tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah.

Pada saat mendekati jumrah, jamaaah semakin padat, kadang saling sikut ,saling dorong , saat itu benar bermandi keringat ditambah jalan kaki yang cukup jauh.
Jamaah begitu semangat seakan akan  begitu marah kepada Iblis yang mengoda Nabi Ibrahim dengan semangat menyala -nyala untuk menyambit iblis yang dilaknat oleh Allah.
Dengan penuh amarah melontar kerikil " Bismillaahi, Allaahu Akbar !" iblispun disambit ,
"Bismillaahi, Allaahu Akbar " Batu-batu pun bertebangan.
"Bismillaahi, Allaahu Akbar"
"Bismillaahi, Allaahu Akbar".. iblis Ula,Wusta dan Aqobah terus menerus dihujani batu bertubi tubi sampai Magrib tiba.



selesai melempar jumrah aqobah 10 dzulhijjah

Selesai melontar jumroh Aqobqh , ber- tahalul awal (pertama) dengan memotong sekurang- kurangnya tiga helai rambut.
Sejak detik itu juga, bebaslah tamu-tamu Allah dari larangan ihram kecuali melakukan " hubungn suami istri" ataupun bercumbu. Pakaian Ihram itupun boleh disalin denganpakaian biasa



Tahallul Awal, di gunting rambut oleh bapakku.


Hari itu  yang diperingati oleh kaum Muslim di seluruh dunia sebagai Idul Adha, Hari Raya Kurban atau Lebaran Haji. 
Pada musim haji 1427 Hijriah, tanggal 10 Dzulhijah di Tanah Suci bertepatan dengan pada hari
Sabtu, 30 Desember 2006.


***  jurnal hajiku.. Hj. Een Endahyuanah  binti H. Uu Suminta AS.


________________________________________________




No comments:

Post a Comment