Pages

Tuesday, September 17, 2013

Cerita kecil di Madinah.

Apalah artinya kecantikkan bila tidak ber-akhlak mulia, sia-sia bagai berkacamata berbinar-binar.
Akhlak merupakan pondasi bagi seseorang dalam pergaulan, baik dalam lingkungan pergaulan sesama warga negara, maupun pergaulan antar bangsa, terlebih bagi calon haji yang akan melaksanakan ibadah di Tanah Suci agar terhindar dari hal-hal yang dapat merusak pahala haji, seperti perbuatan rafas, jidal (bertengkar) dan fasik.

Untuk mempersiapkan diri menjalan ibadah haji, diperlukan ilmu sehingga sangat perlu melaksanakan manasik haji.
Aku pun begitu, tak lupa aku sedikit belajar bahasa Arab biar tak bodoh-bodoh amat plus mengetahui adat istiadat Bangsa Arab.

Perjalanan ibadah haji dimulai dari kota Madinah yang saat itu pada titik sangat dingin.

Catatan kecil saat di Tanah Suci Madinah.

Aku duduk dipelataran Masjid Rasul, Masjid Nabawi yang indah dan sangat bersih.
Masjid itu di tutup  pada malam hari dan dini hari jamaah akan berbondong-bondong di muka pintu masjid menunggu di buka, berbeda dengan di Masjidil  Haram  dibuka 24 jam.

Masjid indah ini kubahnya dapat dibuka dengan bergeser di saat matahari bersinar teduh, sungguh menakjudkan...sholat dengan langit terbuka.

Berjejer terrmos termos air zam zam yg dingin mau pun tidak.
Di Masjid Nabawi jamaah laki laki dan  wanita berpisah sholatnya, berbeda di Masjidil Haram jamaah laki dan wanita berbaur dengan syarat laki laki tetap di depan.
Alhamdullilaah..Rombongan kami dapat mrelaksanakan sholat Ar'bain disela sela ziarah selama di Madinah.

Di Masjid Nabawi terdapat makam Rasulullah Nabi Muhammad Saw beserta dua sahabatnya.

Payung di Mina (image source by Google)

Sembari menunggu sholat fardu, aku dan kakakku duduk bertadarus..
Duduk di sebelahku wanita tua jamaah  dari India.
Ku oles keningku dengan balsam agak pusing, tiba-tiba  wanita  India itu menadahkan tangannya.

Oh!  mau minta, pikirku,
Kubuka tutup balsamku dengan sigap wanita itu mengambil.
Hayah......banyak sekali, dalam hatiku.
Kagetnya aku wanita itu mengusap balsam keseluruh wajahnya, diapun lebih  kaget terkena efek panas.

"No Nivea," ia berkata dengan marah..
"Yes, no Nivea" balasku.
Jelas-jelas  bukan untuk pelembab muka, main gosok aja.
Wanita itu berlari entah kemana...aku nelangsa tidak bisa berkata kata 'kasihan', batinku,

Sudah kebiasaan jamaah  wanita India suka meminta pelembab muka,
Suka juga memberi gelang- gelang plastik yang dipakainya  kepada jamaah lain yang duduk di samping.
Kadang mereka suka memperhatikan milik jamaah, mengincar benda yang diinginkan. Seorang want memberiku gelang India tiga buah terbuat dari plastik, jadi bingung mau membalas dengan apa? Dia menunjukan sejadahku, berulang kali.
Terpaksa ku beri, sejadah mungilku (menangis dalam hati) baru kubeli, dan terus terang bagusss, mahal harganya.
Aku tau dari tadi dia melihat sajadahku dan ikut mengelus kelembutan bulu bulu sutranya.
Akhirnya sajadah itupun kuberikan dengan sedikitttttttt berat hati.
Namun aku beristifar.. Istifar, Een..
Berikan sesuatu yang terbaik darimu kepada orang lain,
Sajadah mahal pun itu dibawa wanita itu dengan senyum bahagia.

Kadang barang bagus suka di incar.
Seperti tasbihku yang ku bawa dari Tanah Air.
Tasbih kecil 15 butir dengan mutiara agak besar putih mengkilau.
Wanita Mesir bertanya beli dimana,aku jawab dari Indonesia..
Dia terus meminta...melayang juga tasbih mutiaraku
Ya Allah... Istifar lagi!
.
.
.
Sebenarnya, bwa tas paspor yang digantung di leher, ribet! gondal gandul.
Kupikir dengan gelang indentitas di tangan, cukuplah
"En..jangan lupa tas paspor dikalungkan," perintah kakakku mengingatkan.
"Enggak usahlah, ada gelang ini." blass aku ngeyel.
Biasanya kakakku diam malas berdebat.

Biasanya aku dan kakakku suka janjian menunggu di pintu jalan keluar.
Patokannya nomer kamar mandi  dekat pelataran masjid.
Repotnya kalo kebelet buang air, kan harus keluar masjid tuh..
Untuk kembali ke dalam masjid jalan sudah penuh terpaksa di luar.
"Aku sholat di luar, ya. Nanti kita ketemuan di pintu nomor enam."

Ternyata aku salah lihat nomer pintu....jelas aku melihat nomer  6 ternyata nomer  9.
Celakanya, aku berjalan ke arah yang salah melawan, arus jamaah.
Aku seumur umur nggak pernah terjepit seperti ini,
sesak nafas berada di tengah jamaah rombangan wanita Somalia.
Badan mereka tinggi besar, super gemuk,
kalo berjalan selalu rapat bergandengan tangan, takut terpisah dan tersesat.

Di tengah kepanikanku, aku beristifar.. Astaghfirullah al adzim
Betapa aku takabbur meremehkan nasehat kakakku.
Subhaanallaah...kepungan si Somalia itu terbuka seketika..
Aku merasa mau mati kehabisan napas
Saat bertemu  kakakku, tak henti aku meminta maaf,
intinya : PERBANYAK ISTIFAR DAN JANGAN PERNAH TAKABUR

Sejak kejadian terjepit rombongan Somalia, Tas Paspor selalu mengantung setia di leherku.

Jurnal haji..*8 hari di Madinah
Kamis, 2 Desember 2006 - Kamis, 12 Desember 2006.

No comments:

Post a Comment